Blog Kang One

Catatan Sederhana untuk Berbagi

Software Server


Ketika Software Harus Menggantikan Fungsi MIS


Canggih, tetapi mudah dioperasikan, dikelola dan dikembangkan tanpa orang MIS.
Inilah kriteria utama bagi sebuah server entry-level. Maka software-lah yang harus bekerja
keras.

Canggih. Fasilitas ini selalu dituntut para pemakai server, baik yang berkelas high-end sampai low-end. Sayangnya kecanggihan, seperti fasilitas fault tolerant, hot swap disk, RAID, hot swap power supply dan lain-lain, biasanya hanya muncul pada server-server high-end yang notabene
harganya mahal, di atas Rp 25 juta.

Tidak heran bila kemudian banyak perusahaan skala menengah sampai kecil yang membatalkan minatnya untuk membeli sebuah server high-end. Apalagi bila ternyata di perusahaan
tersebut jumlah pemakai komputernya cuma 5 - 30 orang. Atau bahkan mungkin jumlah komputernya di satu tempat hanya 3 sampai 5 unit dan yang dijalankan bukanlah aplikasi
mission-critical yang tidak boleh berhenti bekerja 24 jam per hari, 7 hari per minggu.

Akibat lainnya, banyak juga yang memaksa sebuah PC desktop biasa (Pentium atau bahkan 486) naik kelas menjadi sebuah server. Contoh ALR dengan seri Optima-nya dan Dell.

Menurut Tai Tiong (Product Marketing, PT Adhisakti Solusi Komputindo), dulu produk station stand-alone Dell yang berbentuk tower sering dipakai sebagai server. "Biasanya di perusahaan yang
pemakai komputernya 5 sampai 10 orang . Akan tetapi itu dulu. Sekarang Dell produk stand-alone tidak ada yang berbentuk mini tower, semuanya desktop," katanya ketika dihubungi lewat telepon. Sedangkan menurut Budi Santoso (Senior Account Manager, PT Adecsindo Citra Data),
sampai sekarang pun ALR Optima dengan prosesor Pentium masih sering dipakai server.

Potensi Server Low-End

Kenyataan bahwa di Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya, memang inilah yang banyak terjadi telah membuka mata para produsen akan besarnya potensi bisnis di skala tersebut. Maka bermunculan tawaran server low-end dari ALR, IBM, Compaq, HP, Siemens Nixdorf dan lain-lain.

Semuanya meneriakkan hal yang sama: canggih, mudah dikelola tanpa perlu orang MIS (Management Information System) dan tentu saja berharga lebih murah dibandingkan
server high-end. Harga server semacam ini kini dimulai dengan Rp 5 juta.
"Harga desktop, tetapi dengan availability sebuah server," kata  Ng Chee Soon (Director Corporate
Business, Compaq Computer Asia) ketika memperkenalkan produknya di Jakarta beberapa waktu lalu.

IBM bahkan mengaku bahwa dari semua unit server yang ditawarkannya, pertumbuhan bisnis PC Server-nyalah yang tertinggi. "23%. Pasar application server sedang berkembang pesat
dengan subsegmen database, workgroup dan E-business seperti Internet, e-mail dan komunikasi," kata Brett P. Cooper (Internet Manager, Global PC Server Marketing Personal Computer Company, IBM) saat IBM PC Server Symposium di Kuala Lumpur bulan Mei lalu.

Umumnya para produsen tidak menyebutkan produknya sebagai server low-end, tetapi sebagai server
entry-level. Ini dikarenakan server tersebut masih bisa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Ada juga yang masih membaginya dalam dua kelas: Pentium dan Pentium Pro, sesuai dengan jenis prosesor yang digunakan. Target pasar yang dibidik pun diberi istilah bermacam-macam.
Compaq menyebutnya SMB (small medium business), sedangkan julukan HP adalah SBSO (small business small office ) dan kini SBC (small business commercial). Vendor lain,
termasuk dulu HP, mengindentikkannya sebagai pasar SOHO (small office home office), yang
tidak cocok untuk pasar Indonesia karena orang umumnya tidak bekerja dari rumah.

Sangat Tergantung pada Software

Normalnya, semua server sudah dilengkapi dengan kartu jaringan, baik dari merek yang sama maupun merek vendor lain. Fasilitas yang ditawarkan rata-rata sama, dengan variasi pada
jenis dan jumlah slot maupun kapasitas.

Namun kemudahan pasang, pengelolaan dan mengupgrade adalah warna kental pada semua produk
server entry-level. "Idenya adalah MIS-less atau paling-paling cuma ada satu orang MIS," tutur Budi S.W. dari PT Berca Hardayaperkasa. Latar belakang ini sungguh tepat mengingat di perusahaan kecil, apalagi yang karyawannya cuma lima orang (sudah termasuk bos), tidak masuk akal bila mereka harus menggaji satu orang khusus untuk memelihara server.

"Biasanya bos-nya atau anak bos yang pernah sekolah komputer di luar negeri yang mengendalikan server, termasuk mengelolanya," kata Budi S.W.

Ini bukan berarti server-server entry-level tidak perlu disetup, dikonfigurasi dan dikelola secara
khusus. Akan tetapi tugas-tugas tersebut telah diambil alih oleh software manajemen yang datang bersama server entry-level. Software-lah yang memegang peran besar. Dan biasanya setiap vendor mengeluarkan software proprietary sendiri.

Untuk mempermudah pengesetan awal server PC Server 310 dan PC Server 315 misalnya, IBM membundelkan sebuah CD berlabel ServerGuide. Isinya tidak lain sekumpulan software
penting yang memastikan setup pertama akan berlangsung lancar. Software ini secara otomatis
menginstall sistem operasi Anda dari CD-ROM lalu mengkonfigurasikan server.

Compaq pun melakukan hal sama pada ProSignia 200 dan ProLiant 800-nya. CD-ROM SmartStart 3.20 yang menyertai setiap server Compaq itu berisikan tool-tool untuk menyederhanakan pengesetan awal sebuah server. Cara kerjanya adalah mengajukan beberapa pertanyaan tentang kebutuhan server Anda. Lalu,  berdasarkan jawaban yang Anda berikan, SmartStart mengkonfigurasikan server, menginstall sistem operasi dan software, kemudian mengoptimalkannya agar berkinerja tinggi.

Sementara itu Digital memberikan CD-ROM ServerWORKS Quick Launch untuk server Prioris LX yang berbasis prosesor Intel. Menurut Digital, tool ini bisa mempersingkat waktu instalasi
dan konfigurasi sistem operasi jaringan Anda sampai kurang dari 30 menit.

Istimewanya, ServerWORKS Quick Launch juga memungkinkan Anda secara konsisten menginstall beberapa server tanpa menungguinya. Fasilitas replicated installation dari satu server ke server-server berikutnya ini jelas bisa menghemat waktu.

Untuk NetServer E30 dan E40, HP punya Guided Network Operating System (NOS) yang bisa memandu instalasi sistem operasi Windows NT Server, Netware dan IntranetWare. Plus
NetServer Navigator bagi pemilik baru NetServer E40 agar mereka mudah menyelesaikan proses konfigurasi, termasuk instalasi NOS. Selain itu masih ada Installation Assistant yang menurut Budi S.W. dapat mempercepat proses setup.

Seperti juga vendor lain, Dell menyediakan software proprietary, yakni CD-ROM Server Assistant untuk mempermudah pengesetan awal untuk server entry-level PowerEdge 2100-nya.
Namun untuk tujuan monitoring Dell menyediakan software LANDesk milik Intel. Vendor Jerman, Siemens-Nixdorf menyodorkan CD-ROM ServerStart untuk menyederhanakan proses
instalasi dan konfigurasi semua server jajaran Primergy, termasuk Primergy 050 yang merupakan server entry level.

Untuk membantu Anda menginstall sistem operasi server Windows NT Server atau Intranet/NetWare, tersedia menu-driven user prompt.

Termasuk Software Manajemen

Itu baru kemudahan di sisi setup. Hal yang sama juga berlaku untuk manajemen server. Sejumlah software manajemen proprietary diberikan, sekali lagi demi mempermudah pengelolaan dan pemeliharaan server.

Digital punya suite lengkap solusi manajemen dan kontrol jaringan yang disebut ServerWORKS Manager 3.0 dan Intelligent Server Management. ServerWORKS Manager yang dibundel
dengan setiap server Prioris ini antara lain bisa memantau kesehatan jaringan Anda, meneruskan trap dan informasi lain ke produk manajemen enterprise seperti HP Open View UX, SunNet
Manager dan IBM NetVIEW/6000 AIX,

membunyikan alarm server via pager, memonitor server dan memberitahu bila ada suatu masalah, sampai membangun peta topologi dari semua perangkat jaringan Anda (server, bridge, router, hub dan switch).

IBM menawarkan tool manajemen aset dan sistem TME 10 NetFinity, yang versinya kini diperbarui menjadi NetFinity 5.0. Tool tersebut mampu mendeteksi dan memecahkan masalah
pada server sebelum masalah itu benar-benar terjadi, menjadwalkan pemeliharaan (maintenance) jaringan bahkan dari lokasi remote atau melalui Internet. Universal manageability tool ini antara lain memiliki fasilitas flash-on LAN, wake-on LAN dan menginstall software secara remote pada jam yang ditentukan oleh administrator LAN.

Tool serupa juga dijagokan Compaq dalam Insight Manager 3.20. Insight Manager menyediakan informasi sekilas untuk membantu Anda mengelola sistem yang berjalan. Tool ini akan memantau jaringan Anda dan memberitahukan kemungkinan timbulnya masalah sebelum masalah
itu benar-benar terjadi.

Fungsi tool ServerView pada server Primery 050 milik Siemens Nixdorf pun kurang lebih sama, yaitu memantau subsistem hard disk, kartu jaringan dan board sistem secara remote.
Sedangkan HP menawarkan Auto Alert, remote monitoring dan pengelolaan console dari Web, serta
opsi backup.

Didekatkan ke Mainframe

Yang menyenangkan, fasilitas-fasilitas yang dulunya hanya terdapat di mainframe (baca: berharga mahal) kini mulai turun ke level server. Di antaranya dan termasuk penting adalah
ASR (automatic server restart), memori ECC (error checking and correcting), memori jenis DIMM (satu slot bisa menampung sekaligus 16MB), kemampuan SMP, RAID dan pemakaian controller PCI Ultra Wide SCSI atau SCSI 2 Fast.

ASR adalah fasilitas yang akan otomatis mereboot sebuah server yang macet dan langsung menjalankan kembali sistem. Banyak pakar industri memperkirakan, 80% dari kemacetan/berhentinya server diakibatkan oleh hangnya sistem  operasi jaringan. Memori ECC
membantu memperkecil kemungkinan sistem hang. Maka kombinasi ASR plus ECC diyakini bisa membantu availability maksimal, sehingga server tidak pernah down.

Akan tetapi banyak pihak berpendapat, fasilitas-fasilitas di atas sebenarnya belum mendesak untuk sebuah server entry-level. Bahkan justru bisa mendongkrak harga bila server tersebut cuma difungsikan sebagai file/print server. "Untuk entry level, fault tolerant tidak perlu! Fasilitas Hot Plug untuk hard disk (hard disk bisa dikeluarkan dan diganti tanpa mematikan server) hanya akan menaikkan harga," alasan Hartono Wibowo (Channel Manager LoB PC, PT Siemens Indonesia).
Namun ia mengingatkan bahwa semuanya ini kembali ke tuntutan dan aplikasi yang harus dijalankan.
Seandainya server entry-level tersebut digunakan untuk mendukung ATM bank atau kegiatan bursa, fault tolerant tentu menjadi vital.

Budi S.W. dari Berca Hardayaperkasa yang perusahaannya mengageni produk HP pun sependapat. "Fasilitas fault tolerant yang ada di mainframe lebih cocok untuk aplikasi mission-critical, sehingga yang turun ke level PC Server hanya sebagian. RAID pun terbatas. Mungkin hanya level mirroring dan stripping. I/O Ultra SCSI costnya tinggi dan baru berfungsi bila dipasangkan dengan hard disk
Ultra SCSI (yang harganya jauh lebih mahal daripada hard disk IDE, red.)," katanya.

Demikian pula Jono Martono Kartojo (Technical Support Manager, PT Integrasi). "RAID untuk di kelas low end masih mahal. Untuk RAID 5 yang distributed parity diperlukan minimal
tiga hard disk. Sehingga harga hard disknya saja bisa menjadi lebih mahal daripada harga server," jelas Jono.

Selain 'mengambil' fasilitas fault tolerant dari sistem mainframe, beberapa server kini 'meniru' bentuk
penyimpanan mainframe alias muncul dalam model rak (rackmount). Wujudnya adalah sebuah lemari kaca dengan ketinggian tertentu yang fungsinya antara lain merapikan penyimpanan server, termasuk sistem pengkabelan dan perangkat pendukungnya (router sampai UPS). (wiek)

Labels: aplikasi server, internet, komputer, software

Thanks for reading Software Server. Please share...!

Back To Top