Blog Kang One

Catatan Sederhana untuk Berbagi

Perkembangan Politik Ekonomi Pada Masa Awal Kemerdekaan Sampai Masa Demokrasi Liberal (Part-2)

Materi 12

B. SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI PARLEMENTER (1950-1959)



1.       Perkembangan politik
Setelah dibubarkannya RIS pada Tahun 1950, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUDS 1950 adalah Parlementer, Ciri demokrasi Liberal ini adalah sering berganti-ganti kabinet. Indonesia melaksanakan demokrasi parlementer yang liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat.
Demokrasi Parlementer adalah Sistem Demokrasi dimana Parlemen (dewan perwakilan rakyat)  memiliki peran penting dalam pemerintahan.
Sistem Demokrasi Palementer periode ini memperlihatkan semangat belajar berdemokrasi.
Pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).

Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai – partai politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai.
Konsekuensi logis dari pelaksanaan sistem politik demokrasi liberal parlementer gaya barat dengan sistem multi partai yang dianut, maka partai –partai inilah yang menjalankan pemerintahan melalui perimbangan kekuasaan dalam parlemen dalam tahun 1950 – 1959.

Periode 1950 -1959 merupakan masa berkiprahnya partai-partai politik pada pemerintahan Indonesia. Pada masa ini terjadi pergantian kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. Dua partai terkuat pada masa itu (PNI dan Masyumi) silih berganti memimpin kabinet. Hampir setiap tahun terjadi pergantian kabinet. Masa pemerintahan kabinet tidak ada yang berumur panjang, sehingga masing-masing kabinet yang berkuasa tidak dapat melaksanakan seluruh programnya.

2.       Sistem Pemerintahan
Indonesia sampai tahun 1950 telah menggunakan dua sistem pemerintahan yaitu sistem presidensial dan sistem parlementer. Belum genap satu tahun kemerdekaan sistem presidensial digantikan dengan sistem parlementer yang didirikan pertama pada november 1945 dengan Syahrir sebagai menteri. Pada masa demokrasi liberal, pelaksanaan sistem parlementer dilandasi oleh UUD Sementara 1950 (konstitusi liberal). Dan begitu pula indonesia ketika telah menjadi negara kesatuan.

Kabinet demokrasi liberal disusun menurut pertimbangan kekuatan kepartaian dalam parlemen yang sewaktu waktu dapat dijatuhkan. Sementara presiden sebagai lambang kesatuan. Kabinet ini berbeda dengan sistem RIS yang dikenal Zaken Kabinet. Adanya perbedaan kepentingan antar partai menyebabkan banyak mengalami pergantian kabinet.

Berikut kabinet yang pernah berkuasa setelah penyerahan kedaulatan :
1)      Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)
2)      Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 April 1952)
3)      Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
4)      Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
5)      Kabinet Burhanudin Harahap (1955-1956)
6)      Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1957)
7)      Kabinet Karya (Djuanda/Zaken) (9 April 1957 – 10 Juli 1959)

Program kabinet Djuanda/ Panca karya :
a)      Membentuk Dewan,
b)      Normalisasi keadaan Republik,
c)       Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB,
d)      Perjuangan Irian,
e)      Mempergiat pembangunan.

Kabinet Djuanda juga mendeklarasikan hukum teritorial kelautan Indonesia yang disebut juga Deklarasi Djuanda. Dimaksudkan agar dapat menyatuakan wilayah-wilayah Indonesia dan sumber daya alam dari laut dapat dimanfaatkan dengan maksimal.

Dalam deklarasi tersebut mengubah batas kontinen laut dari 3 mil batas air terendah menjadi 12 mil dari batas pulau terluar. Deklarasi baru bisa diterima dunia internasional setelah ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-3. Kemudian Pemerintah meratifikasinya dalam UU. No. 17/1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.

3.       Sistem Kepartaian

Sistem kepartaian adalah “pola kompetisi terus-menerus dan bersifat stabil, yang selalu tampak di setiap proses pemilu tiap negara.” Sistem kepartaian bergantung pada jenis sistem politik yang ada di dalam suatu negara. Masa Demokrasi Parlementer merupakan masa yang diwarnai dengan berdirinya banyak partai, dengan dasar ideologi yang beragam.

Partai-partai yang tokohnya pernah menjadi perdana menteri, pada masa Demokrasi parlementer adalah :
Partai Masyumi : Mohammad Natsir.
Partai PNI dan Masyumi : Sidik Djojosukatro dan Soekiman Wijosandjojo
Partai PNI : Wilopo
Partai PNI dan NU : Ali Sastroamidjojo
Partai PNI, Masyumi, dan NU : Ali Sastroamidjojo
Partai PNI : Djuanda Kartawidjaja

Perbedaan antara Sistem Kepartaian pada masa Demokrasi

Parlementer dengan Sistem Kepartaian pada masa Sekarang Sistem kepartaian di Indonesia menggunakan sistem kepartaian multipartai. Pada Pemilu era reformasi tahun 1999 diikuti oleh 48Partai. Sedangkan pada pemilu selanjutnya yaitu tahun 24, jumlah partai politik menurun dari 48 Partai menjadi 24 Partai. Hal ini disebabkan diberlakukannya ambang batas sesuai dengan UU Pemilu dimana partai Politik yang berhak mengikuti pemilihan adalah partai yang memiliki sekurang-kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR, sedangkan pada masa demokrasi parlementer jumlah partai yang dapat mengikuti pemilu jumlahnya tidak terikat ambang batas atau peraturan UU





4.       Pemilihan Umum 1955
Pelaksanaan tujuan umum 1955 bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk dakam parlemen dan dewan konstituante. Pemilihan umum untuk anggota DPR dilaksanakan pada tanggal 29 September 1955. Hasilnya diumumkan pada 1 Maret 1956. Urutan perolehan suara terbanyak adalah PNI, Masyumi, Nahdatul Ulama dan PKI.

Adapula sistem Pemilu yang digunakan dalam Pemilu 1955 merupakan sistem perwakilan proporsional. Dengan menggunakan sistem ini, wilayah negara Republik Indonesia dibagi ke dalam sebanyak 16 daerah pemilihan (yang mana Irian Barat dimasukkan sebagai daerah pemilihan yang ke-16, padahal, Irian Barat tersebut masih dikuasai oleh Belanda, sehingga Pemilu sama sekali tak bisa dilangsungkan di wilayah tersebut). Dalam sistem perwakilan proporsional, untuk setiap daerah pemilihan tersebut memperoleh sejumlah kursi, berdasar dari jumlah penduduk, dengan ketentuan untuk setiap daerah memiliki hak untuk memperoleh jatah minimal sebanyak 6 kursi di Konstituante dan sebanyak 3 kursi untuk Parlemen.

Kelebihan dan Kekurangan Pemilu 1955

Kelebihan :
Tingkat partisipasi rakyat sangat besar, ada sekitar 90% dari semua warga yang punya hak pilih ikut berpartisipasi. Lebih dari 39 juta orang memberikan hak suaranya dan mewakili 91,5% dari para pemilih terdaftar Prosentase suara sah yang besar, ada 80% dari suara yang masuk. Padahal 70%+ penduduk Indonesia masih buta huruf Pemilu berjalan aman, tertib dan disiplin serta jauh dari unsur kekerasan dan kecurangan.

Kekurangan :
Adanya krisis Ketatanegaraan. Hal tersebut memicu lahirnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, kenapa? Karena akibat dari kegagalan Dewan Konstituante dalam menghasilkan konstitusi baru.

Tidak ada parpol yang memperoleh suara mayoritas mutlak. Tidak adanya pemenang mayoritas pada saat itu mengakibatkan sistem pemerintahan tak stabil karena kekuasaan terbagi bagi ke dalam berbagai aliran politik. Kekecewaan di Partai Politik. Jumlah partai lebih bertambah banyak dari pada berkurang, dengan dua puluh delapan partai mendapat kursi, padahal sebelumnya hanya dua puluh partai yang mendapat kursi. Beberapa pemimpin Masyumi merasa bahwa kemajuan Islam menuju kekuasaan nasional kini terhalang dan bahwa perhatian mereka seharusnya dialihkan untuk mengintensifkan Islam ditingkat rakyat jelata.

Dekrit Presiden
Pemilu 1955 tidak dilanjutkan sesuai jadwal pada lima tahun berikutnya, 1960. Hal ini dikarenakan pada 5 Juli 1959, dikeluarkan Dekret Presiden yang membubarkan Konstituante dan pernyataan kembali ke UUD 945. Kemudian pada 4 Juni 1960, Soekarno membubarkan DPR hasil Pemilu 1955, setelah sebelumnya dewan legislatif itu menolak RAPBN yang diajukan pemerintah. Presiden Soekarno secara sepihak melalui Dekrit 5 Juli 1959 membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR) dan MPR Sementara (MPRS) yang semua anggotanya diangkat presiden.

UNTUK MENGERJAKAN QUIZZ, SILAHKAN KLIK DISINI

Kehidupan Politik Ekonomi Pada Masa Awal Kemerdekaan Sampai Masa Demokrasi Liberal (part-1)

Materi 12 Perkembangan Kehidupan Politik Dan Ekonomi Bangsa Indonesia
Pada Masa Awal Kemerdekaan Sampai Masa Demokrasi Liberal


A.      PERKEMBANGAN EKONOMI,POLITIK, KEUANGAN PADA AWAL KEMERDEKAAN

1.       KONDISI EKONOMI INDONESIA AWAL KEMERDEKAAN

Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal berdirinya Republik Indonesia sangat kacau dan sulit. Latar belakang keadaan yang kacau tersebut disebabkan karena :
1)        Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik, dimana belum ada pejabat khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian Indonesia.
2)        Sebagai negara baru Indonesia belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur ekonomi keuangan yang mantap.
3)        Tinggalan pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat pendudukan Jepang memang sudah buruk akibat pengeluaran pembiayaan perang Jepang. Membuat pemerintah baru Indonesia agak sulit untuk bangkit dari keterpurukan.
4)        Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya pergantian kabinet, dimana hal tersebut mendukung ketidakstabilan ekonomi.
5)        Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan untuk menghancurkan ekonomi nasional.
6)        Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia dan masih terus melakukan pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi.

Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah sebagai berikut :

1)      Terjadi Inflasi yang sangat tinggi
Inflasi tersebut dapat terjadi disebabakan karena :
          Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada bulan Agustus 1945 mencapai 1,6 Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara umum uang yang beredar di masyarakat mencapai 4 milyar).
          Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari bank-bank yang berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai yang jumlahnya mencapai 2,3 milyar.
          Repubik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah tidak dapat menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang tidak berlaku.

Inflasi terjadi karena di satu sisi tidak terkendalinya peredaran uang yang dikeluarkan pemerintah Jepang di sisi lain ketersediaan barang menipis bahkan langka di beberapa daerah. Kelangkaan ini terjadi akibat adanya blokade ekonomi oleh Belanda. Uang Jepang yang beredar sangat tinggi sedangkan kemampuan ekonomi untuk menyerap uang tersebut masih sangat rendah.

Karena inflasi ini kelompok yang paling menderita adalah para petani sebab pada masa pendudukan Jepang petani merupakan produsen yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang. Hasil pertanian mereka tidak dapat dijual, sementara nilai tukar mata uang yang mereka miliki sangat rendah.

Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu mengendalikan dan menghentikan peredaran mata uang Jepang tersebut sebab Indonesia belum memiliki mata uang baru sebagai penggantinya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk sementara waktu menyatakan ada 3 mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu:
1)      Mata uang De Javasche Bank
2)      Mata uang pemerintah Hindia Belanda
3)      Mata uang pendudukan Jepang

Keadaan tersebut diperparah dengan diberlakukannya uang NICA di daerah yang diduduki sekutu pada tanggal 6 Maret 1946 oleh Panglima AFNEI yang baru (Letnan Jenderal Sir Montagu Stopford). Uang NICA ini dimaksudkan untuk menggantikan uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun saat itu. Upaya sekutu tersebut merupakan salah satu bentuk pelangaran kesepakatan yaitu bahwa selama belum ada penyelesaian politik mengenai status Indonesia, maka tidak ada mata uang baru.

Karena tindakan sekutu tersebut maka pemerintah Indonesia pun mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang Jepang.

2)      Adanya Blokade ekonomi dari Belanda
Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluar-masuk perdagangan RI terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan penting. Blokade ini dilakukan mulai bulan November 1945. Adapun alasan dari pemerintah Belanda melakukan blokade ini adalah :
        Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
        Mencegah keluarnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya.
        Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh bangsa lain.

Dengan adanya blokade tersebut menyebabkan:
        Barang-barang ekspor RI terlambat terkirim.
        Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan banyak barang-barang ekspor Indonesia yang dibumi hanguskan.
        Indonesia kekurangan barang-barang import yang sangat dibutuhkan.
        Inflasi semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah.

Tujuan/harapan Belanda dengan blokade ini adalah:
        Agar ekonomi Indonesia mengalami kekacauan
        Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pemerintah Indonesia, sehingga pemerintah Belanda dapat dengan mudah mengembalikan eksistensinya.
        Untuk menekan Indonesia dengan harapan bisa dikuasai kembali oleh Belanda.

3)      Kekosongan kas Negara
Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum ada sementara pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah hanya bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian inilah pemerintah Indonesia masih bertahan, sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.

2. UPAYA MENGATASI BLOKADE EKONOMI BELANDA (NICA)
Upaya pemerintah untuk keluar dari masalah blokade tersebut adalah sebagai berikut.

1)      Usaha bersifat politis, yaitu Diplomasi Beras ke India
Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang ditimpa bahaya kelaparan dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga sangat rendah. Pemerintah melakukan hal ini sebab akibat blokade oleh Belanda maka hasil panen Indonesia yang melimpah tidak dapat dijual keluar negeri sehingga pemerintah berani memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946 akan diperoleh suplai hasil panen sebesar 200.000 sampai 400.000 ton. Sebagai imbalannya pemerintah India bersedia mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia pada saat itu. Saat itu Indonesia tidak memikirkan harga karena yang penting adalah dukungan dari negara lain yang sangat diperlukan dalam perjuangan diplomatik dalam forum internasional. Adapun keuntungan politis yang diperoleh Indonesia dengan adanya kerjasama dengan India ini adalah Indonesia mendapatkan dukungan aktif dari India secara diplomatik atas perjuangan Indonesia di forum internasional.

2)      Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri
Membuka hubungan dagang langsung ke luar negeri dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta. Usaha tersebut antara lain :

 Mengadakan kontak dagang dengan perusahaan swasta Amerika (Isbrantsen Inc.). Tujuan dari kontak ini adalah membuka jalur diplomatis ke berbagai negara. Dimana usaha tersebut dirintis oleh BTC (Banking and Trading Corporation) atau Perseroan Bank dan Perdagangan, suatu badan perdagangan semi-pemerintah yang membantu usaha ekonomi pemerintah, dipimpin oleh Sumitro Djojohadikusumo dan Ong Eng Die. Hasil transaksi pertama dari kerjasama tersebut adalah Amerika bersedia membeli barang-barang ekspor Indonesia seperti gula, karet, teh, dan lain-lain. Tetapi selanjutnya kapal Amerika yang mengangkut barang pesanan RI dan akan memuat barang ekspor dari RI dicegat dan seluruh muatannya disita oleh kapal Angkatan Laut Belanda.

 Karena blokade Belanda di Jawa terlalu kuat maka usaha diarahkan untuk menembus blokade ekonomi Belanda di Sumatera dengan tujuan Malaysia dan Singapura. Usaha tersebut dilakukan sejak 1946 sampai akhir masa perang kemerdekaan. Pelaksanaan ini dibantu oleh Angkatan laut RI serta pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor. Karena perairan di Sumatra sangatlah luas, maka pihak Belanda tidak mampu melakukan pengawasan secara ketat. Hasilnya Indonesia berhasil menyelundupkan karet yang mencapai puluhan ribu ton dari Sumatera ke luar negeri, terutama ke Singapura. Dan Indonesia berhasil memperoleh senjata, obat-obatan dan barang-barang lain yang dibutuhkan.

 Pemerintah RI pada 1947 membentuk perwakilan resmi di Singapura yang diberi nama Indonesian Office (Indoff). Secra resmi badan ini merupakan badan yang memperjuangkan kepentingan politik di luar negeri, namun secara rahasia berusaha menembus blokade ekonomi Belanda dengan melakukan perdagangan barter. Diharapkan dengan upaya ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Selain itu juga berperan sebagai perantara dengan pedagang Singapura dan mengusahakan pengadaan kapal-kapal yang diperlukan.

 Dibentuk perwakilan kemetrian pertahanan di luar negeri yaitu Kementrian Pertahanan Urusan Luar Negeri (KPULN) yang dipimpin oleh Ali Jayengprawiro. Tugas pokok badan ini adalah membeli senjata dan perlengkapan angkatan perang.

3. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN MENGHADAPI BURUKNYA KONDISI EKONOMI INDONESIA
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi ekonominya mulai dilakukan sejak Februari 1946, adalah sebagai berikut.

1) Konferensi Ekonomi Februari 1946
Konferensi ini dihadiri oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat lainnya yang bertanggungjawab langsung mengenai masalah ekonomi di Jawa, yang dipimpin oleh Menteri Kemakmuran (Darmawan Mangunkusumo). Tujuan Konferensi ini adalah untuk memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, seperti :

 Masalah produksi dan distribusi makanan
Tercapai kesepakatan bahwa sistem autarki lokal sebagai kelanjutan dari sistem ekonomi perang Jepang, secara berangsur-angsur akan dihapukan dan diganti dengan sistem desentralisasi.

 Masalah sandang
Disepakati bahwa Badan Pengawasan Makanan Rakyat diganti dengan Badan Persediaan dan Pembagian Makanan (BPPM) yang bertujuan untuk mengatasi kesengsaraan rakyat Indonesia. Badan ini dipimpin oleh Sudarsono dibawah pengawasan Kementrian Kemakmuran. BPPM dapat dianggap sebagai awal dari terbentuknya Badan Urusan Logistik (Bulog). Sementara itu tujuan dibentuk Bulog (Februari 1946) untuk melarang pengiriman bahan makanan antar karisidenan.

 Status dan Administrasi perkebunan-perkebunan
Keputusannya adalah semua perkebunan dikuasai oleh negara dengan sistem sentralisasi di bawah kementrian Kemakmuran. Sehingga diharapkan pendapatan negara dapat bertambah secara signifikan dengan nasionalisasi pabrik gula dan perkebunan tebu.

Konferensi kedua di Solo, 6 Mei 1946 membahas mengenai masalah program ekonomi pemerintah, masalah keuangan negara, pengendalian harga, distribusi, dan alokasi tenaga manusia. Wapres Moh. Hatta mengusulkan mengenai rehabilitasi pabrik gula, dimana gula merupakan bahan ekspor penting sehingga harus dikuasai oleh negara. Untuk merealisasikan keinginan tersebut maka pada 6 Juni 1946 dibentuk Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).

2) Pinjaman Nasional

Program ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan (Surachman) dengan persetujuan BP-KNIP. Untuk mendukung program tersebut maka dibuat Bank Tabungan Pos, bank ini berguna untuk penyaluran pinjaman nasional untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemerintahan. Selain itu, pemerintah juga menunjuk rumah gadai untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan jangka waktu pengembalian selama 40 tahun. Tujuannya untuk mengumpulkan dana masyarakat bagi kepentingan perjuangan, sekaligus untuk menanamkan kepercayaan rakyat pada pemerintah RI.



Rakyat dapat meminjam jika rakyat mau menyetor uang ke Bank Tabungan Pos dan rumah-rumah pegadaian. Usaha ini mendapat respon yang besar dari rakyat terbukti dengan besar pinjaman yang ditawarkan pada bulan Juli 1946 sebesar Rp. 1.000.000.000,00 , pada tahun pertama berhasil dikumpulkan uang sejumlah Rp. 500.000.000,00. Kesuksesan yang dicapai menunjukkan besarnya dukungan dan kepercayaan rakyat kepada Pemerintah RI.

3) Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947.
Badan ini dibentuk atas usul dari menteri kemakmuran AK. Gani. Badan ini merupakan badan tetap yang bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka waktu 2 sampai 3 tahun yang akhirnya disepakati Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun.

Rencana Pembangunan 10 tahun tersebut adalah sebagai berikut :
        Semua bangunan umum, perkebunan, dan industri yang telah ada sebelum perang menjadi milik negara, yang baru terlaksana tahun 1957.
        Bangunan umum vital milik asing dinasionalisasikan dengan pembayaran ganti rugi
        Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap RI.
        Perusahaan modal asing lainnya dikembalikan kepada yang berhak sesudah diadakan perjanjian Republik Indonesia dengan Belanda.

Badan ini bertujuan untuk menasionalisasikan semua cabang produksi yang telah ada dengan mengubah ke dalam bentuk badan hukum. Hal ini dilakukan dengan harapan agar Indonesia dapat menggunakan semua cabang produksi secara maksimal dan kuat di mata hukum internasional. Pendanaan untuk Rencana Pembangunan ini terbuka baik bagi pemodal dalam negeri maupun pemodal asing.
Inti rencana ini adalah agar Indonesia membuka diri terhadap penanaman modal asing dan melakukan pinjaman baik ke dalam maupun ke luar negeri.
Untuk membiayai rencana pembangunan ekonomi tersebut pemerintah membuka diri terhadap penanaman modal asing, mengerahkan dana masyarakat melalui pinjaman nasional, melalui tabungan masyarakat, serta melibatkan badan-badan swasta dalam pembangunan ekonomi. Dan untuk menampung dana tersebut dibentuk Bank Pembangunan. Perusahaan patungan (merger) diperkenankan berdiri sementara itu tanah partikelir dihapuskan.
Perkembangannya April 1947 badan ini diperluas menjadi Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang bertugas mempelajari, mengumpulkan data, dan memberikan saran kepada pemerintah dalam merencanakan pembangunan ekonomi dan dalam rangka melakukan perundingan dengan pihak Belanda. Rencana tersebut belum berhasil dilaksanakan dengan baik karena situasi politik dan militer yang tidak memungkinkan, yaitu Agresi Militer Belanda I dan Perjanjian Linggarjati yang menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia yang memiliki potensi ekonomi jatuh ke tangan Belanda dan yang tersisa sebagian besar tergolong sebagai daerah miskin dan berpenduduk padat (Sumatera dan Jawa). Hal tersebut ditambah dengan adanya Pemberontakan PKI dan Agresi mIliter Belanda II yang mengakibatkan kesulitan ekonomi semakin memuncak.

4) Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948
Program ini bertujuan untuk mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi, selain meningkatkan efisiensi. Rasionalisasi meliputi penyempurnaan administrasi negara, angkatan perang, dan aparat ekonomi. Sejumlah angkatan perang dikurangi secara drastis untuk mengurangi beban negara di bidang ekonomi dan meningkatkan effisiensi angkatan perang dengan menyalurkan para bekas prajurit pada bidang-bidang produktif dan diurus oleh kementrian Pembangunan dan Pemuda. Rasionalisasi yang diusulkan oleh Mohammad Hatta diikuti dengan intensifikasi pertanian, penanaman bibit unggul, dan peningkatan peternakan.

5) Rencana Kasimo (Kasimo Plan)
Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J.Kasimo. Program ini berupa Rencana Produksi Tiga tahun (1948-1950) mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Inti dari Kasimo Plan adalah untuk meningkatkan kehidupan rakyat dengan meningkatkan produksi bahan pangan. Rencana Kasimo ini adalah :
        Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277 HA
        Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul
        Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi pangan.
        Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit
        Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam jangka waktu 10-15 tahun.

6) Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)
Organisasi yang dipimpin B.R Motik ini bertujuan untuk :
        Menggiatkan kembali partisipasi pengusaha swasta, agar pengusaha swasta memperkuat persatuan dan mengembangkan perekonomian nasional.
        Menggalang dan Melenyapkan individualisasi di kalangan organisasi pedagang sehingga dapat memperkokoh ketahanan ekonomi bangsa Indonesia.

Meskipun usaha PTE didukung pemerintah dan melibatkan dukungan dari pemerintah daerah namun perkembangannya PTE tidak dapat berjalan baik dan hanya mampu didirikan Bank PTE di Yogyakarta dengan modal awal Rp. 5.000.000,00. Kegiatan ini semakin mengalami kemunduran akibat Agresi Militer Belanda.
Selain PTE, perdagangan swasta lainnya juga membantu usaha ekonomi pemerintah adalah Banking and Trading Corporation (Perseroan Bank dan Perdagangan).
Mengaktifkan kembali Gabungan Perusahaan Perindustrian dan Perusahaan Penting, Pusat Tembakau Indonesia, Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh (GASIDA) dalam rangka memperbaiki ekonomi Indonesia.

7) Oeang Republik Indonesia (ORI)

Melarang digunakan mata uang NICA dan yang lainnya serta hanya boleh menggunakan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan UU No. 17 tahun 1946 yang dikeluarkan pada tanggal 1 Oktober 1946. Mengenai pertukaran uang Rupiah Jepang diatur berdasarkan UU No. 19 tahun 1946 tanggal 25 Oktober 1946. Tanggal 25 Oktober selanjutnya dijadikan sebagai hari keuangan. Adapun kebijakan penyetaraan mata uang adalah sebagai berikut:


 Di Jawa, Lima puluh rupiah (Rp. 50,00) uang Jepang disamakan dengan satu rupiah (Rp. 100,00) ORI dengan perbandingan 1:5.
 Di Luar Jawa dan Madura, Seratus rupiah (Rp. 100,00) uang Jepang sama dengan satu rupiah (Rp. 1,00) ORI dengan perbandingan 1:10.
 Setiap sepuluh rupiah (Rp. 10,00) ORI bernilai sama dengan emas murni seberat 5 gram.

Mengenai pengaturan nilai tukar uang ORI dengan valuta asing (nilai kurs mata uang ORI di pasar valuta asing) sebenarnya dipegang oleh Bank Negara yang sebelumnya telah dirintis bentuk prototipenya yaitu dengan pembentukan Bank Rakyat Indonesia (Shomin Ginko). Namun tugas tersebut pada akhirnya dijalankan oleh Bank Negara Indonesia (Bank Negara Indonesia 1946) yang dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank ini merupakan bank umum milik pemerintah yang tujuan awal didirikannya adalah untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan keuangan. BNI didirikan pada 1 November 1946.

Meskipun begitu usaha pemerintah untuk menjadikan ORI sebagai satu-satunya mata uang nasional tidak tercapai karena terpecah-pecahnya wilayah RI akibat perundingan Indonesia- Belanda. Sehingga di beberapa daerah mengeluarkan mata uang sendiri, yang berbeda dengan ORI, seperti URIPS (Uang Republik Propinsi Sumatera) di Sumatera, URIBA (Uang Republik Indonesia Baru) di Aceh, URIDAB (Uang Republik Indonesia Banten) di Banten dan Palembang. Upaya-upaya pemerintah Indonesia tersebut dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia meskipun Belanda masih belum pergi dari Indonesia.

lanjutkan ke part-2

TIP MEMILIH KAOS POLOS YANG BAGUS DAN NYAMAN

Bagus mana Kaos Polos Distro atau Kaos Polos di Toko Biasa




perbedaannya apa ya?

Kota Bandung merupakan kota fashion/mode, hampir di setiap pojok kecamatan banyak clothing, distro, Factory outlet, konveksi dan supplier pakaian.

Di Paris Van Java ini juga banyak pabrik kain textile, toko bahan kaos, bahan eceran/kiloan, disini anda mudah sekali mendapatkan bahan baku/bahan kaos.

Dengan kondisi seperti diatas, ada baiknya anda perlu lebih selektif dalam mencari kaos yang sesuai dengan segment yang sudah anda harapkan dan target pasar yang akan dipilih.

kaos bahan cotton slub
Kaos bahan cotton slub

Kaos Polos yang bagus untuk produk distro/clothing atau kaos polos yang biasa saja ya?

Jadi apa perbedaan antara Kaos polos distro dan kaos polos biasa? ada 3 perbedaan yang mencolok :

POLA
KUALITAS
CIRI KHAS

Pola T-shirt
pola kaos distro
pola / t-shirt pattern

Apabila  dilihat sekilas, model kaos tee/t-shirt/oblong itu hampir sama saja polanya seperti hurup T,

Namun fakta dilapangan antara kaos yang anda beli di toko A berbeda dengan kaos yang ada di toko B.

Perbedaan yang anda bisa rasakan secara detail saat anda memakai kaos tersebut, ya betul.

Pola Model kaos distro berbeda dengan kaos polos biasa.

Model kaos distro yang berbeda ada pada model bagian tangan, stelan pada pundak, ukuran lebar ribs pada leher, model jahitan dsb. Sedangkan untuk model kaos polos biasa, perbedaaanya hanya di panjang-lebarnya, kalau di pakai hampir sama rasanya seperti kaos kebanyakan.

Cara membandingkannya mudah saja, beli kaos distro ternama/distro lokal lalu bandingkan dengan kaos yang anda beli di pasar.

Anda akan merasakan hal yang berbeda, terutama kenyamanan saat dipakai, indis.

Kualitas Kaos
kaos polos
tumpukan cm24s merah
Kualitas disini adalah dari bahan / material kaos, hand feel, susut, ketahanan : anti luntur, awet, lembut.

Anda bisa membedakan langsung sendiri, beli kaos yang di kaki lima lalu bandingkan sama kaos yang harganya 150rb di distro ternama.

Kualitas kaos yang bagus bisa dirasakan saat anda memakai kaos tersebut, reaksinya akan sepert ini :

Kaosnya ringan dipakai, kaosnya tidak gerah/panas, kaosnya dingin dan menghasilkan kenyamanan saat dipakai,

mungkin anda pernah merasakannya?

Harga jual yang tinggi, dikarenakan produk yang di buat memiliki kualitas bahan terbaik, kaos polos distro dengan mutu terjamin memberikan nilai tambah untuk pemakainya.

Kualitas yang bagus untuk kaos distro menggunakan bahan dasar Cotton (sesuai dengan iklim Tropis di Indonesia, Malaysia, Singapura) :

– Cotton combed.
– Cotton Spandex.
– Cotton Pima.
– Cotton Bamboo.
– Superfine Cotton (jersey).
– Cotton Slub.

Ciri Khas
What makes your clothing different from others?

kaos distroCiri Khas yang paling sering ditemui disini adalah pola model kaosnya :

Ada model kaos oblong unfinished, ada yang jahitannya kecil, ada yang pakai jarum 1, ada yang model oblong namun jahitan di bagian rantainya terpisah setengah-setengah,

Ala model raglan, ada yang tanpa rantai, model neck/lingkar pada lehernya di corong overdek dan lain lain,

biasanya setiap clothing/distro mempunya ciri khas sendiri, tergantung dari vendor kaosnya juga.

Model ukuran/sizing kaos pun beda-beda, masing masing toko distro memiliki pola sendiri,

Polanya ada yang mengacu pola internasional, model ergonomi, model kaos pas pressbody/bodyfit sampai ikut model artis.

Lanjut ke kualitas, kami akan sedikit meringkas kualitas kaos cotton combed berbagai gramasi :

Kaos Polos yang bagus itu cotton combed 20s 30s 24s atau 40s?
Kaos Cotton combed gramasi berapa yang bagus untuk kaos distro Anda?

Kaos Cotton Combed 20s ? Cotton Combed 20s, kaos 20s ini bahan kaosnya sangat tebal dibanding 24s 30s, apabila di pakai, sepengalaman kami, sedikit kaku dan berat.

Mungkin karena kami suka kaos yang tipis tipis seperti 30s dan 40s, maka saat memakai kaos 20s jadi sedikit berat.

Kaos Cotton Combed 24s ? Cotton Combed 24s, kaos 24s ini lebih menipis sedikit dari 20s, apabila secara bahasa 24s kaos yang tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal, posisinya paling tengah, tidak kaku juga tidak tipis.

Kaos Cotton Combed 30s ? Kaos cotton combed 30s ini bahannya tipis, namun tidak terlalu tipis, kebanyakan yang mempunyai usaha di bidang print/sablon DTG menggunakan kaos yang CM-30s karena seratnya yang halus.

Cotton combed 30s ini tidak tipis, tapi tidak terlalu tipis, kebanyakan 30s di pesan untuk kaos kaos distro/clothing.

Kaos Cotton Combed 40s ? Kaos 40s jenis ini lembut dan sangat tipis sekali, paling tipis dari type cotton combed 20s 24s 30s.

Jadi mana yang paling bagus antara ke empat jenis cotton combed tersebut? jawabannya adalah semuanya bagus,

Semuanya berkualitas baik, namun mengacu pada ketebalan masing-masing gramasi cotton combed, kami ringkas lagi, cotton combed 30s paling bagus, itu opini kami,

demikianlah perbedaan kaos distro dan kaos biasa.

dari berbagai sumber
Back To Top