Blog Kang One

Catatan Sederhana untuk Berbagi

Resep/rahasia sukses orang Jepang

----- Forwarded Message ----
From: Suryantini <Tini@indonesiavancouver.org>
To: nemganem@yahoogroups.com
Sent: Saturday, May 24, 2008 4:51:15 AM
Subject: [nemganem] Resep/rahasia sukses orang Jepang.


Ini lho, ada kiriman cuplikan : Resep sukses orang Jepang. ngkali ada
manfaat nya.,
 moshi-moshi, Rere san.

Eniwe dijepun sekarang sedang ngetrend generasi mudanya bunuh diri
rame2x terakhir mereka bunuh diri dengan menghirup racun dari sabun
deterjen.
Silahkan mana yang lebih sukses resep sukses Nabi ato orang jepun
heheheheheheeh.
Eike tidak mau hara-kiri mo harah kanan sajah!

Setelah Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak terkena bom atom sekutu
(Amerika), Jepang pelan tapi pasti berhasil bangkit. Mau tidak mau harus
diakui saat ini Jepang bersama China dan Korea Selatan sudah menjelma
menjadi macan Asia dalam bidang teknologi dan ekonomi. Alhamdulillah saya
mendapat kesempatan 10 tahun tinggal di Jepang untuk menempuh studi
saya.
Dalam artikel sebelumnya saya mencoba memotret Jepang dari satu sisi.
Kali ini, saya mencoba merumuskan 10 resep yang membuat bangsa Jepang
bisa sukses seperti sekarang. Tentu rumusan ini di beberapa sisi agak
subyektif, hanya dari pengalaman hidup, studi, bisnis dan bergaul dengan
orang Jepang di sekitar perfecture Saitama, Tokyo, Chiba, Yokohama.
Intinya kita mencoba belajar sisi Jepang yang baik yang bisa diambil untuk
membangun republik ini.
Kalau ditanya apakah semua sisi bangsa Jepang selalu baik, tentu
jawabannya tidak. Banyak juga budaya negatif yang tidak harus kita contoh
1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras.
Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun,
sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911
jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). 
Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari,
sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil
yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa
melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat
adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan
menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh
perusahaan. Di kampus, professor juga biasa pulang malam (tepatnya pagi ),
membuat mahasiswa nggak enak pulang duluan. Fenomena Karoshi (mati
karena kerja keras) mungkin hanya ada di Jepang. Sebagian besar literatur
menyebutkan bahwa dengan kerja keras inilah sebenarnya kebangkitan dan
kemakmuran Jepang bisa tercapai.
2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri
(bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era
samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia
modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para
pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau
merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak
SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik
kelas. 
Karena malu jugalah, orang Jepang  lebih senang memilih jalan memutar
daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di
tengah jalan. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian
dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk
ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai
toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran.
Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan
ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti
konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di
masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan
banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam
19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa
bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada
waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa
Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00. 
Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik sepeda menuju
toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 20 atau 30
yen. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak
mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk
bepergian. Termasuk saya dulu sempat berpikir kenapa pemanas
ruangan menggunakan minyak tanah yang merepotkan masih digandrungi, padahal sudah cukup
dengan AC yang ada mode dingin dan panas. Alasannya ternyata satu,
minyak tanah lebih murah daripada listrik. Professor Jepang juga terbiasa
naik sepeda tua ke kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswa nya.
4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan
tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa,
sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya
bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin
implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh
graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan
bidang garapan (core business) perusahaan. Kota Hofu mungkin sebuah contoh
nyata. Hofu dulunya adalah kota industri yang sangat tertinggal dengan
penduduk yang terlalu padat. Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan
(tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen bersama untuk bekerja
keras siang dan malam akhirnya mengubah Hofu menjadi kota makmur dan
modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik dengan produksi kendaraan
mencapai 160.000 per tahun.
5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam
meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang
diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang
mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh
Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang
berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah
produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan
CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300
model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk.
Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang,
patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya
bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan
murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan, mudah
dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan
bakar.
Perusahaan Matsushita Electric yang dulu terkenal dengan sebutan
“maneshita” (peniru) punya legenda sendiri dengan mesin pembuat rotinya.
Inovasi dan ide dari seorang engineernya bernama Ikuko Tanaka yang
berinisiatif untuk meniru teknik pembuatan roti dari cheef di Osaka
International Hotel, menghasilkan karya mesin pembuat roti (home bakery) bermerk
Matsushita yang terkenal itu.
6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan
pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang
menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam
teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat
beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga
tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi,
batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal
dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia
menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita 
Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi
dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis.
Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri
otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Mungkin cukup
menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir
tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu
merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi
kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan
orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai
negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang
juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari
kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu
kegagalan). Kapan-kapan saya akan
kupas lebih jauh tentang ini
7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta
listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang
membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang
memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai
membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi  kurikulum sekolah
baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb
disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi.
Saya pernah membahas masalah komik pendidikandi blog ini. Budaya baca
orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan
buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya
legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684,
seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman
modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam
beberapa minggu sejak buku asingnya
diterbitkan. Saya biasa membeli buku literatur terjemahan bahasa
Jepang karena harganya lebih murah daripada buku asli (bahasa inggris).
8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu
bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya
ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di
dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu,
mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja
dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada
anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang
professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa
mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”. Musyawarah mufakat
atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok.
Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.
9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang
paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus
membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang),
sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang
menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa
perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya
sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta
biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama
University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan
sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua
yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.
10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang
kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk
tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf
masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di
Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita
tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif
menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang
lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang
karena ”hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang  Pertanian merupakan tradisi
leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya
beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah
pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang
dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan,
termasuk beberapa insentif lain
untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian
Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa saya rangkumkan. Bangsa
Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin
kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia
termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia
juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Saya yakin ada
faktor “non-teknis” yang membuat Indonesia agak terpuruk dalam
teknologi dan ekonomi. Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai
permasalahan republik ini. Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan
menerima kebaikan dari siapapun juga.
Tetap dalam perdjoeangan !
Rere san, kore wa do desu ka ?..... anTene
.
Labels: artikel, artikel komputer, artikel virus, gadis, jepang, perawan, resep sukses., SERBA-SERBI

Thanks for reading Resep/rahasia sukses orang Jepang. Please share...!

Back To Top