Blog Kang One

Catatan Sederhana untuk Berbagi

menangkap siaran tv dari angkasa



Saat ini siaran langsung sepakbola sudah tidak bisa dinikmati dengan bebas lewat televisi, untuk itulah saya mencoba untuk mencari siarannya lewat parabola biasa, tapi belum tau apa berhasil atau tidak. dibawah ini ada informasi mengenai dunia parabola. semoga bermanfaat.

DI orbit geostasioner bumi, bertebaran aneka satelit dari berbagai negara. Satelit-satelit tersebut umumnya berada di atas garis katulistiwa. Keberadaan satelit tersebut menjadi wahana informasi yang dipancarkan dari bumi dan dapat ditangkap di berbagai tempat yang masih mengarah pada satelit tersebut.
Informasi yang dapat diperoleh dari satelit adalah siaran radio, televisi. Satelit juga menjadi sarana untuk menghubungkan daerah yang tidak terjangkau sarana telekomunikasi biasa, transaksi keuangan, hingga pencitraan bentuk dan kegiatan yang terjadi dengan adanya kamera di satelit.

Namun kali ini yang dibahas adalah satelit sebagai sarana informasi audio dan video. Ada dua sistem menangkap siaran dari satelit, yaitu secara berlangganan atau menangkap siaran bebas langganan (free to air).

Untuk siaran satelit berlangganan biasanya diarahkan pada satelit tertentu yang menyediakan aneka tayangan. Tayangan tersebut biasanya diacak, dan hanya bisa dinikmati dengan peranti yang disediakan penyedia jasa televisi berlangganan.

Untuk yang siaran bebas, ada banyak satelit di atas garis Katulistiwa yang memancarkan berbagai aluran televisi dari berbagai negara. Tulisan berikut ini difokuskan pada sistem satelit bebas.

Ratusan saluran

Mengenai saluran televisi di satelit, dapat dilihat pada situs internet yang mencantumkan berbagai data frekuensi saluran (channel), posisi polaritas (vertikal atau hoziontal), dan satu lagi adalah memasukkan angka simbol rate (SR) dari ratusan siaran televisi atau radio lewat satelit dari masing-masing stasiun televisi. Atau yang lebih mudah, parameter-parameter frekuensi, polaritas dan simbol rate (SR) tidak perlu diubah, karena sudah diatur oleh pabrikan pembuat receiver. Pengguna tinggal memilih saluran yang diinginkan.

Namun demikian, para pengguna atau pemula untuk menangkap siaran dari satelit perlu mengetahui saluran televisi mana saja yang ada pada tiap satelit.

Terlebih lagi Indonesia merupakan wilayah dengan garis orbit geostasioner yang disesaki banyak satelit di atas katulistiwa. Selain itu ada sejumlah satelit di luar wilayah udara Indonesia, namun siarannya masih dapat diterima dengan baik dengan arah sudut tertentu di barat atau timur.

Sinyal satelit yang dapat ditangkap mulai dari 72o di arah barat yaitu satelit PAS hingga 169,0o di arah timur yaitu satelit PAS 2. Tak kurang dari puluhan satelit, dengan ratusan saluran televisi yang menggoda. Mulai dari tayangan hiburan, berita, olah raga, pendidikan, wisata, dan lain-lain.

Ada banyak satelit dengan siaran dari berbagai negara pada rentang sudut tersebut, mulai dari kawasan Timur Tengah semacam Arab Saudi, Qatar, Oman, lalu sebagian Eropa semacam Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Turki dan Spanyol, Afrika dari Libya, Mesir, dan Sudan. Dari benua Asia semacam Rusia, Cina, Taiwan, Jepang, Korea, India, Maladewa, Nepal, lalu negara-negara ASEAN, hingga Australia, AS, dan Inggris.

Satelit yang memancarkan siaran televisi di tanah air berada pada posisi 108,0� yaitu satelit Telkom1 dan 113,0� yang ditempati satelit Palapa C2. Posisi antena nyaris tegak ke titik zenith. Sejumlah stasiun TV swasta semacam RCTI, SCTV, Indosiar, ANTV, GlobalTV, Metro TV, Bali TV, MQ TV, TVRI dipancarkan melalui satelit Palapa C2, tentunya dengan saluran transponder masing-masing. Sedangkan satelit Telkom1 menjadi tempat bagi Trans TV, Lativi, TV7, JTV (Jawa Timur).

Antena parabola

Berbicara mengenai siaran dari satelit, maka peranti pertama yang harus ada adalah antena parabola. Fungsi alat ini adalah mengumpulkan sinyal-sinyal yang dipancarkan satelit dan memantulkannya menuju fokus pada satu titik. Pada titik fokus tersebut ditempatkan alat penangkap sinyal, yaitu feed horn yang dibahas dalam bagian lain.

Ada berbagai ukuran diameter antena parabola dan juga jenisnya. Untuk antena jenis rigid atau bahan berupa pelat padat berukuran diameter 6 feet (sekira 180 cm) hingga 9 feet (sekira 270 cm). Adapula antena yang jenis bolong-bolong atau menggunakan semacam kawat ram. Ukuran diameternya bisa 12 feet (sekira 360 cm) hingga 16 feet (sekira 480 cm).

Masing-masing ada kelebihan dan kekurangan. Jenis rigid relatif mudah dalam pemasangan. Tinggal memasukkan baud pada lubang-lubang yang ada di sisi panel, maka enam panel yang ada bisa terangkai menjadi satu antena. Kekurangannya adalah akan terpengaruh terpaan angin.

Untuk parabola berbahan jenis kawat ram, relatif tahan terhadap terpaan angin, namun memerlukan rangka untuk dudukan kawat ram yang dibuat melengkung. Rangka ini menjadi tambahan bobot pada tiang penyangga atau dudukan antena.

Dalam hal pemasangan, sebagai contoh Kota Bandung yang berada pada posisi di selatan garis katulistiwa perlu mengarahkan antena agak miring ke utara. Kemiringan ini diatur sedemikian rupa agar garis sumbu pergerakan antena ke timur dan barat tepat berimpitan dengan garis bujur bumi. Hal ini dimaksudkan agar sebagian besar sinyal satelit yang ada di langit dapat ditangkap.

Maka, posisi antena dari posisi Bandung (65,5o Lintang Selatan, 107,36o Bujur Timur) agak dimiringkan ke utara menuju posisi 0o di atas katulistiwa. Sudut elevasi yang terbentuk sebesar 78,5o ke atas dari garis hozisontal, dan sudut azimut sebesar 37o dari arah timur ke kiri (berlawanan jarum jam).

Jika garis sumbu antena agak bergeser dari garis utara -selatan, maka ada kemungkinan hanya sinyal dari satelit di belahan timur yang tertangkap, sementara di posisi barat tidak dapat tertangkap, atau sebaliknya.

Agar antena dapat bergerak ke timur - barat dengan tepat, maka engsel arah gerakan antena harus segaris dengan arah utara - Selatan. Maka dapat digunakan bantuan alat kompas untuk meluruskan posisi engsel antena.

Setelah posisinya tepat, antena sedikit dimiringkan ke arah utara. Dengan demikian, pergerakan antena pada sumbunya memungkinkan menangkap siaran dari satelit mulai dari timur hingga ke barat.

Jika engsel sudah dianggap tepat, langkah selanjutnya adalah menentukan satelit yang akan dituju. Contohnya, lokasi di Bandung untuk mencari patokan biasanya yang menjadi acuan adalah posisi satelit Palapa C2 di sudut 113,0o timur).

Satelit Palapa C2 yang berada pada posisi 113,0o dengan sejumlah transponder yang disewa RCTI, SCTV, ANTeve, Indosiar, GlobalTV, TPI, MetroTV, Bali TV, MQTV, sertaTV5 dari Prancis.

Katakanlah satu transponder pada Palapa C2 yang digunakan stasiun Indosiar hendak ditangkap. Untuk mendapatkannya, pertama kali masukkan angka frekuensi yaitu 4074, lalu polaritasnya V (vertikal) dan simbol rate 6500. Data ini disimpan dalam memori receiver (dibahas pada bagian lain tulisan ini).

Lantas pada receiver dibuka menu indikator kekuatan sinyal. Bila sinyal belum tampak, berarti posisi antena parabola belum tepat. Tindakan yang diambil adalah mengatur kembali posisi kemiringan arah antena ke garis katulistiwa atau miring sedikit ke arah utara.

Saat sinyal menunjukkan penguatan, tandanya frekuensi sudah diperoleh, lalu tekan tombol penyimpan memori agar saluran tersebut masuk di ”catatan” receiver.

”Feed horn”

Berikutnya adalah alat yang sangat berperan dalam menangkap sinyal yang sudah difokuskan antena parabola, yaitu feed horn. Alat ini akan menangkap sinyal dari satelit yang biasanya terdiri dari dua polaritas, yaitu vertikal dan horisontal. Meski ada juga polaritas berbeda, yaitu kiri dan kanan.

Pemasangan alat ini juga harus tepat agar tidak ada sinyal yang tidak tertangkap akibat bergeser beberapa derajat. Alat yang berupa silinder dengan salah satu sisi ada tambahan bentuk kotak berada di pusat fokus antena. Posisi kotak tersebut harus menghadap utara. Lantas sinyal yang didapat akan disalurkan ke alat pengolah sinyal yaitu receiver sebelum masuk ke pesawat televisi.

Motor Penggerak

Untuk menggerakkan atau mengubah posisi antena pada sumbunya saat bergerak ke arah timur atau barat diperlukan motor penggerak. Sistem yang digunakan adalah tongkat yang bisa mendorong (memanjang) atau menarik (memendek) dan menggunakan dinamo DC tegangan 36 volt.

Alat yang disebut actuator ini sekilas seperti tongkat besi biasa. Tapi kekuatannya bisa mendorong dan menarik posisi antena parabola sekuat 250 kg.

Ada mekanisme sensor yang membatasi pergerakan agar tongkat tidak terus bergerak mendorong atau menarik. Jika hal itu sampai terjadi, bisa-bisa pinggiran antena penyok akibat terus ditarik atau didorong hingga membentur tiang dudukan antena. Alat ini juga dilengkapi lubang untuk mengeluarkan air yang berasal dari hujan atau embun yang terperangkat di dalamnya.

”Receiver”

Alat berbentuk kotak ini adalah “otak” dari pengolahan sinyal satelit. Ada dua jenis receiver, yaitu manual atau digital. Peranti manual adalah pengaturan frekuensi menggunakan tombol putar. Untuk manual ada perkembangan teknologi, di mana tampilan pada receiver berupa angka-angka layaknya peraga digital, meskipun pengolahan sinyal dari satelit masih konvensional berupa sinyal analog.

Sedangkan peranti digital menggunakan posisi tambah atau kurang untuk mencari sinyal saluran televisi, dengan memasukkan angka-angka frekuensi saluran (channel), posisi polaritas (vertikal atau hoziontal), dan satu lagi adalah memasukkan angka simbol rate (SR).

Peranti receiver segera mengolah data untuk menemukan sinyal saluran televisi dari satelit. Bila masukan data tadi salah, tidak akan muncul gambar di pesawat TV. Demikian pula dengan sinyal yang diolah, berupa sinyal digital.

Dalam pengaturan sinyal ada beberapa hal yang dilakukan semacam mencari posisi satelit dengan sinyal terkuat. Lantas mencari transponder atau satu kanal frekuensi dari satelit.

Untuk receiver digital, biasanya ada yang sudah diset dari pembuatnya untuk menangkap siaran televisi dan radio satelit. Jadi pengguna cukup mengatur posisi antena setiap satelit. Posisi antena akan disimpan dalam memori, sehingga pergerakan motor penggerak antena sudah tertentu.

Tapi bagi yang senang mencari-cari siaran televisi sendiri, maka langkah yang dilakukan adalah mencari posisi antena yang tepat pada salah satu satelit dengan kondisi sinyal kuat. Lantas memasukkan angka-angka frekuensi transponder, berikut polaritas.

”Positioner”

Sedangkan ”otak” dari motor penggerak adalah positioner DiSEqC 1.2 . Alat ini ”bertugas” mengirimkan arus DC untuk mengatur pergerakan arah antena, dan juga menentukan posisi yang tepat berdasarkan posisi satelit yang sudah disimpan dalam memorinya.

Selain itu, kekuatan sinyal yang ditangkap akan menghentikan pergerakan motor. Pasalnya, kabel sinyal dari feed horn masuk dahulu ke alat ini sebelum diteruskan ke receiver.

Jadi alat ini bisa berdiri sendiri dengan inisiatif mencari berdasarkan masukan dari kendali jarak jauh (remote control) , atau mengikuti ”perintah” dari majikannya, receiver.

Tapi jika posisi antena dibuat diam (dipantek) pada satu satelit saja, maka peranti motor penggerak dan alat ini tidak diperlukan.

Mengatur Sinyal Transponder

Setelah semua peranti utama berada pada posisi yang tepat dan bekerja dengan baik. Langkah selanjutnya adalah mengatur sinyal transponder yang hendak ditangkap.

Untuk receiver yang sudah diset langsung pabriknya, maka pengguna cukup menempatkan posisi antena untuk mendapatkan sinyal terkuat. Sementara pengguna yang lebih suka mengutak-atik mencari transponder, dan lebih mengasyikkan ketika menemukan transponder baru dengan materi siaran yang menarik.

Untuk mengatur tangkapan sinyal transponder, biasanya harus dimasukkan angka simbol rate (SR), polaritas, dan angka frekuensi. Jika sinyal bagus, maka receiver digital akan menangkap siaran televisi, dan menyimpannya dalam memori. Sedangkan pada receiver manual, maka tinggal memutar tombol untuk mendapatkan frekuensi terbaik. (dik/gun/”PR”)
Labels: parabola, TIK

Thanks for reading menangkap siaran tv dari angkasa. Please share...!

Back To Top