Posted by
One_Esc on
Wednesday, February 6, 2019
Materi 13
Perkembangan Kehidupan Politik Dan Ekonomi Bangsa Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin
UNTUK MELAKSANAKAN QUIZZ, SILAHKAN KLIK DISINI
Perkembangan Kehidupan Politik Dan Ekonomi Bangsa Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin
SISTEM
DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA
DEMOKRASI
TERPIMPIN (1959-1965)
A. Dinamika Politik Masa
Demokrasi Terpimpin
1.
Menuju Demokrasi Terpimpin
Kehidupan social politik Indonesia pada masa
Demokrasi Liberal (1950 hingga 1959) belum pernah mencapai kestabilan secara
nasional. Kabinet yang silih berganti membuat program kerja kabinet tidak dapat
dijalankan sebagaimana mestinya. Dewan konstituante yang dibentuk melalui
Pemilihan Umum 1955 tidak berhasil menyelesaikan tugasnya menyusun UUD baru
bagi Republik Indonesia. Padahal Soekarno menaruh harapan basar terhadap pemilu
1955, karena bisa dijadikan sarana untuk membangun demokrasi yang lebih baik.
Presiden Soekarno berkeinginan untuk mengubur partai-partai politik yang ada.
Dalam konsepsinya Presiden Soekarno menghendaki dibentuknya cabinet berkaki
empat yang anggotanya tersiri dari wakil-wakil PNI, Masyumi, NU, dan PKI.
Soekarno juga menghendaki dibentuknya Dewan Nasional yang anggotanya terdiri
dari golongan fungsional di dalalam masyarakat.
Presiden menekankan bahwa Demokrasi Liberal tidak
sesuai dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia. Untuk itu ia menggati dengan
suatu demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yaitu Demokrasi
Terpimpin. Demokrasi Terpimpin merupakan suatu gagasan pembaruan kehidupan
politik, kehidupan social dan kehidupan ekonomi. Gagasan Soekarno dikenal
sebagai Konsepsi Presiden 1957. Pokok-pokok yang tekandung dalam konsepsi
tersebut:
·
Dalam pembaruan struktur
politik harus diberlakukan system demokrasi terpimpin yang didukung oleh
kekuatan-kekuatan yang mencerminkan aspirasi masyarakat secara seimbang.
·
Pembentukan cabinet gotong
royong berdasarkan imbangan kekuatan masyarakat yang terdiri atas wakil
partai-partai politik dan kekuatan golongan funsional atau golongan karya.
Upaya menuju Demokrai Terpimpin dirintis oleh
Presiden Soekarno sebelum dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959. Langkah
pertama adalah pembentukan Dewan Nasional pada 6 mei 1957. Langkah selanjutnya
adalah mengeluarkan suatu keputusan pada tanggal 19 februari 1959 tentang
pelaksanaan Demokrsi Terpimpin dalam rangka kembali ke UUD 1945.
Pada tanggal 3 juli 1959, Presiden Soekarno memanggil
Ketua DPR, Mr. Sartono, Perdana Menteri Ir. Djuanda, para menteri, pimpinan
TNI, dan anggota Dewan Nasional (Roeslan Abdoel Gani dan Moh. Yamin), serta
ketua Mahkamah Agung, Mr. Wirjono Prodjodikoro, untuk mendiskusikan langkah
yang harus diambil. Mereka sepakat untuk memberlakukan kembali UUD 1945. Pada
hari minggu, 5 juli 1959 pukul 17.00 uoacara resmi di Istana Merdeka selama 15
menit, 3 hal pokok Dekrit oleh Presiden Soekarno:
1)
Menetapkan pembubaran
konstituante
2)
Menetapkan UUD 1945 berlaku
bagi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai tanggal
penetaoan dekrit dan tidak berlakunya lagu UUD sementara (UUDS)
3)
Pembentukan MPRS, yang terdiri
atas anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan dan golongan, serta pembentukan
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).
Sehari sesudah Dekrit Presiden 5 juli 1959, Perdana
Menteri Djuanda mengembalikan mandate kepada Soekarno dan Kabinet Karya pun
dibubarkan. Kemudian pada 10 juli 1959, Soekarno mengumumkan cabinet baru yang
disebut Kabinet Kerja. Dalam cabinet ini Soekarno berlau sebagai Perdana
Menteri, dan Djuanda menjadi menteri pertama dengan dua wakil yaitu dr. Leimana
dan dr. Subandrio.
Pada tanggal 17 Agustus 1959, dalam pidato peringtan
kemerdekaan RI, Presiden Soekarno menafsirkan pengertian demokrasi
terpimpinnya. Presiden Soekarno menguraikan ideologi Demokrasi Terpimpin yang
isinya mencakup revolusi, gotong royong, domokrasi, anti
imperialism-imperialisme, anti demokrasi liberal, dan perubahan secara total.
Pidato terebut diberi judul “Penemuan Kembali Revoluso Kita”.
Sementara itu konflik terbuka antara DPR dan Presiden
akhirya terjadi ketika DPR menolak Rencana Anggaran Belanja Negara tahun 1960
diajukan oleh pemerintahan. Penolakan tersebut membawa dambak pembubaran DPR
oelh Presiden Soekarno pada tanggal 5 maret 1960. Ia mendirikan DPR Gotong
Royong (DPRGR). Para anggota DPRGR ditunjuk Presiden tidak berdasarkan
perimbangan kekuatan partai politik namun lebih berdasarkan perimbangan lima
golongan, yaitu Nasionalis, Islam, Komunis, Kristen-Katolik dan golongan
fungsional.
2. Peta Kekuatan Politik
Nasional
Antara tahun 1960-1965, kekuatan poitik pada waktu
itu terpusat di tangan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno memegang seluruh
kekuasan Negara dengan TNI AD dan PKI di sampingnya. Kekutan politik baru
lainnya adalah PKI. PKI sebagai partai yang bangkit kembali pada tahun 1952
dari puing-puing pemberontakan Madiun 1948. PKI menerapkan strategi “menempel”
pada Presiden Soekarno.
Ketika Presiden Soekarno gagal membentuk cabinet
Gotong Royong (Nasakom) pada tahun 1960 karena mendapat tentangn dar kalangan
Islam dan TNI AD, PKI mendapat kompensasi tersendiri dengan memperoleh
kedudukan dakam MPRS, DPRGR, DPA dan Pengurus Besar Front Nasional serta dalam
Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR).
Terhadap TNI AD pun, PKI melakukan berbagai upaya
dalam rangka mematahkan pembinaan territorial yang sudah dilakukan oleh TNI AD.
Seperti peristiwa Bandar Betsy (Sumata Utara), Peristiwa Jengkol. Upaya
merongrong ini dilakukan melalui radio, pers, dan poster yang menggambarkan
setan desa yang harus dibunuh dan dibasmi. Tujuan politik pki disini adalah
menguasai desa untuk mengepung kota.
3. Pembebasan Irian Barat
Salah satu isu politik luar negeri yang terus menjadi
pekerjaan rumah cabinet RI adalah masalah Irian Barat. Karena jalan damai yang
telah ditempuh selama satu dasa warsa tidak tidak berhasil mengembalikan Irian
Barat. Upaya ini telah dilakukan Indonesia sejak tahun 1957, jalan lain yang
dilakukan adalah elancarkan aksi-aksi pembebasan Irian Barat, dimulai
pengambilalihan semua perusahaan milik Belanda di Indonesia oleh kaum buruh.
Setelah upaya merebut kembali Irian Barat dengan diplomasi dan konfrontasi
politik dan ekonomi tidak berhasil, maka pemerintah RI menempuh cara lainnya
melalui jalur militer. Dalam rangka perjuanganpembebasan Irian Barat, Presiden
Soekarno pada tanggal 19 desember 1961, di depan rapat raksasa di Yogyakarta,
mengeluarkan suatu komando untuk berkonfrontasi secara militer dengan Belanda
yang disebut dengan Tri Komando Rakyat (Trikora). Isi dari Trikora tersebut
adalah :
·
Gagalkan pembentukan Negara
boneka Papua buatan Belanda.
·
Kibarkan Sang Merah Putih di
Irian Barat.
·
Bersiaplah untuk mobilisasi
umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
Akhirnya pada tanggal 15 agustus 1962 ditanda tangani
perjanjian antara pemerintahan Indonesia dengan pemerintah Belanda di New York,
hal ini dikenal sebagai perjanjian New York. Hal pokok dari isi perjanjian itu
adalah penyerahan pemerintahan di Irian dari pihak Belanda ke PBB.
4. Konfrontasi Terhadap
Malaysia
Munculnya keinginan Tengku Abdul Rahman dari
persekutuan Tanah Melayu dan Lee Kuan Yu dari Republik Singapura untuk
menyatukan kedua Negara tersebut menjadi Federasi Malaysia. Pembentukan
federasi Malaysia dianggap sebagai proyek Neokoloniaisme Inggris yang
membahayakan revolusi Indonesia, oleh karena itu berdirinya Negara federasi
Malaysia ditentang oleh pemerintah Indonesia.
Untuk meredekan ketegangan di anatar tiga Negara
tersebut kemudian diadakan Konferensi Maphilindo (Malaysia, Philiphina dan
Indonesia) di Filiphina pada tanggal 31 juli-5 agustus 1963. Untuk menjalankan
konfrontasi dwikora, Presiden Soekarno membentuk komando Siaga dengan Marsekal
Madya Oemar Dani sebagai panglimanya. Walaupun pemerintah Indonesia telah
memutuskan melakukan knfrntasi secara total, namun upaya penyelesaian diplomasi
terus dilakukan. Presiden Ri menghadiri pertemuan puncak di Tokyo pada tanggal
20 juni 1964.
B. Perkembangan Ekonomi Masa
Demokrasi Terpimpin
Sejak diberlakukannya kembali UUD 1945, dimulailah
pelaksanaan ekonomi terpimpin, sebagai awl berlakunya herordering ekonomi.
Dimana lat-alat produksi dan distribusi yang vital harus dimiliki dan dikuasai
oleh Negara atau minimal di bawahpengawasan Negara. Kondisi ekonomi dan
keuangan yang ditinggalkan dari masa demokasi liberal berusaha diperbaiki oleh
Presiden Soekarno. Langkah yang dilakukan anatara lain membentuk Dewan Prancang
Nasional (Depernas) dan melakukan sanering mata uang kertas yang nilai
nominalnya Rp500 dan Rp1000 masing-masing nilainya diturunkan menjadi 10% saja.
Kebjakan sanering yang dilakukan pemerintah
berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 2/1959 yang
berlaku tanggal 25 agustus 1959 pukul 06.00 pagi. Bertujuan mengurangi
banyaknya uang yang beredar untuk kepentingan perbaikan keungan dan
perekonomian Negara. Upaya perbaikan ekonomi lain yang dilakukan pemerintah
adalah membentuk panitia 13. Anggota panitia melibatkan ahli ekonomi, pimpinan
partai politik, anggota musyawarah pembantu pimpinan revolusi (MPPR), pimpinan
DPR, DPA. Panitia ini menghasilan konsep Deklarasi Ekonomi (Dekon) sebagai
starategi dasar ekonomi Indonesia dalam rangka pelaksanaan Ekonomi Terpimpin.
Kebijakan ekonomi yang dilakukan pada masa ini antara
lain berupa pembentukan Dewan Perancang Nasional dan Deklarasi Ekonomi, serta
dilakukan Devaluasi Mata Uang. Proyek Mercusuar berupa pembangunan Monas,
kompleks olahraga Senayan, Pemukiman Kebayoran juga berlangsung.
UNTUK MELAKSANAKAN QUIZZ, SILAHKAN KLIK DISINI
Labels:
pembelajaran
Thanks for reading Perkembangan Kehidupan Politik & Ekonomi Pada Masa Demokrasi Terpimpin. Please share...!