Posted by
One_Esc on
Friday, February 8, 2019
Kajian Islam
Bacaan sholawat, atau doa dan pujian yang kita panjatkan
kepada Allah untuk Nabi kita, Rasulullah SAW. ada banyak macamnya. Dari yang
diajarkan Nabi sendiri hingga yang digubah oleh para ulama. Salah satunya
adalah “Shalawat Asyghil“. Sholawat ini dahulu amat akrab di telinga kaum
muslimin karena sering terdengar dari masjid-masjid dan mushola-mushola
menjelang Maghrib. Selain itu, langgam pengucapan sholawat ini juga sangat enak
didengar di telinga kita.
Sholawat ini menemukan momentum di kala kaum muslimin sedang
dalam suasana genting. Isi dan sejarah Sholawat Asyghil (sibuk) akan kita
cermati di bawah ini.
Konon Sholawat tersebut dipanjatkan oleh Imam Ja’far
ash-Shadiq (wafat 138 H), salah seorang tonggak keilmuan dan spiritualitas
Islam di awal masa keemasan umat Islam. Beliau hidup di akhir masa Dinasti
Umawiyyah dan awal era Abbasiyyah yang penuh intrik dan konflik politik.
Bagi beliau, kekacauan politik tak boleh sampai mengganggu
proses pelestarian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Saat itu, ilmu pengobatan, geografi, astronomi, kimia,
sastra, mulai berkembang dan diminati. Maka di setiap Qunut, beliau berdo'a
sebagaimana do'a yang ada dalam redaksi Sholawat tersebut .
Sholawat ‘Asyghil’ ini juga dikenal dengan sebutan Sholawat
‘Habib Ahmad bin Umar al-Hinduan Baalawy’ (wafat 1122 H). Dikarenakan sholawat
ini tercantum di dalam kitab kumpulan sholawat beliau, ‘al-Kawakib al-Mudhi’ah
Fi Dzikr al-Shalah Ala Khair al-Bariyyah’. Namun beliau hanya mencantumkan,
bukan mengarang redaksinya.
Dan silsilah hingga kepada Beliau sebagai berikut:
Sulthān al-'Ulamā' al-Habīb Sālim ibn 'Abdullāh ibn 'Umar
al-Syāthirī al-Tarīmī,
Dari al-'Allāmah al-Sayyid Musthafā ibn Ahmad al-Muhdhār,
Dari al-Imām al-Akbar al-'Ārif al-Asyhar al-Sayyid 'Aidrūs
ibn 'Umar ibn 'Aidrūs al-Habsyī,
Dari al-'Allāmah al-Musnid al-Syaikh 'Abdullāh ibn Ahmad
Bāsūdān al-Hadhramī,
Dari al-Sayyid al-Imām Hāmid ibn 'Umar Hāmid Bā'alawī
al-Tarīmī,
Dari al-Imām Ahmad ibn 'Umar al-Hindwān
Sholawat ini pertama kalinya dipopulerkan di Indonesia
melalui pemancar radio milik Yayasan Pesantren As-Syafi’iyyah yang diasuh ulama
besar Betawi, almarhum KH Abdullah Syafi’i (wafat 1406 H). Sholawat ini
dibawakan dengan nadzam (nada) yang sangat menyentuh hati, indah didengar dan
terasa sejuk di hati pembaca dan pendengarnya.
Hikmahnya, seolah umat Islam tengah difilter dan diuji
keimanannya. Rasa iman yang masih ada mendorong untuk melakukan “perlawanan”
dalam setiap kedzaliman.
Salah satu senjata yang diandalkan oleh kaum muslimin adalah
doa. Jangan remehkan doa kaum muslimin yang terdzalimi ditambah lagi dengan
sholawat Nabi, menuntut Sang Pencipta untuk segera mengabulkannya.
Kuperhatikan, tak lama beredarnya anjuran untuk sholawat
Asyghil, tokoh-tokoh yang selama ini getol ingin menyerang Islam
(Islamophobia), selalu sibuk dengan aib-aibnya yang terbuka. Makar (konspirasi)
untuk merusak dan memecah kekuatan kaum muslimin, langsung dibalas dengan tunai
oleh Allah, dalam sebuah kegagalan konspirasi mereka.
Metode belah bambu, dengan meninggikan satu kelompok muslim
dan menginjak kelompok muslim yang lain, selalu berakibat dengan terbongkarnya
aib sang tokoh yang ditinggikan. Bahkan tak sedikit, followernya mulai cerdas
dan meninggalkan pemimpin yang mulai asyik dengan godaan dunia. Bagi
tokoh-tokoh yang “diinjak” selalu mendapat pembelaan umat dan semakin harum
dengan keikhlasannya dalam dakwah Islam. Umat semakin tahu mana yang dakwah
kepada Islam dan sebaliknya.
Ini lafadz Sholawat Agung tersebut
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَأَشْغِلِ الظَّالِمِيْنَ بِالظَّالِمِيْنَ وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِمْ سَالِمِيْنَ
وَعَلَي الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
"Ya Allah, limpahkanlah Rahmat kepada junjungan kami
Nabi Muhammad,
dan sibukkanlah orang-orang zhalim (agar mendapat kejahatan)
dari orang zhalim lainnya,keluarkanlah kami dari kejahatan mereka dalam
keselamatan dan berikanlah sholawat kepada seluruh keluarga Nabi serta para
sahabat beliau."
Marilah kita bantu kaum muslim yang tengah terdzalimi. Kita
amalkan sholawat ini, dan ketika membaca doa yang di tengahnya, maka
bayangkanlah wajah-wajah pelaku kedzaliman tersebut. Insya Allah, perhatikan
tak lama maka kita bisa saksikan ornag-orang tersebut saling bertikai dengan
masalah-masalahnya sendiri saling menuding terlibat korupsi. Saling menuding
menjadi pembohong dan ada saja masalah-masalah di antara mereka.
Ada juga yang menyebutnya dengan nama Sholawat Zhalimin,
Sholawat Salimin, Sholawat Sibuk, Shalawat Mlipir, dan lain-lain.
Pada satu kesempatan Prof. K.H. Ali Yafie pernah ditanya,
apa yang beliau ketahui tentang Sholawat ini. Menurut beliau, sholawat itulah
yang digelorakan oleh Ulama-ulama Shūfī dunia Arab khususnya Iraq tatkala Iraq
diluluh lantahkan oleh pasukan Mongol Hulagu Khan.
Sejarah mencatat, pada tahun 1258M, lebih dari 200 ribu
tentara Mongol menyerbu Iraq serta menumbangkan kekuasaan Bani Abbasiyyah,
bahkan khalifahnya yaitu Al-Mus’tasim dipenggal kepalanya.
Mengerikan sekali. Bukan hanya istana yang dihancurkan, tapi
seluruh bangunan di Baghdad diratakan dengan tanah, seluruh warga kota dibunuh,
kecuali segelintir yang berhasil meloloskan diri, semua buku-buku perpustakaan
terbesar di dunia, dimusnahkan dan dibuang ke Sungai Tigris, sampai-sampai air
sungai berwarna hitam oleh tintanya.
Praktis pada masa itu Asia Tengah dikuasai Mongol dan tentara Islam hancur. Di saat seperti
itulah bangkit para pahlawan Tasawuf. Mereka mengorganisir kelompok-kelompok
gerilyawan dan bersama Pasukan Mameluk dari Mesir, hingga berhasil membendung
ekspansi Pasukan Mongol, bahkan untuk pertama kalinya mengalahkan mereka dalam
pertempuran dahsyat yang dikenal sebagai Pertempuran Ain Jalut di Palestina
pada 3 September 1260.
Sungguh Allah Maha Adil, Hulagu Khan yang menghancurkan
kekhalifahan Islam dan kemudian mendirikan Dinasti Ilkhan, sang cucu Ahmad
Teguder, yang menjadi raja ke-3 dinasti tersebut, justru memeluk Islam, sayang
sekali ia hanya berkuasa selama dua tahun (1282-1284) karena dibunuh oleh
saudaranya.
Alhamdulillah, Raja ke-7 yaitu Ghazan (1295-1304), memeluk
Islam menjadi Mahmud Ghazan. Mulai periode kekuasaannyalah, posisi umat Islam
kembali memperoleh keleluasaan, dan peradaban Islam dibangun kembali meski
harus mulai dari nol lagi.
Dalam masa-masa kritis seperti itu, tatkala kekuatan militer
secara formal tidak berfungsi, para pahlawan sufi tidak berpangku tangan, tapi
terjun langsung ke masyarakat mengorganisir serta menggelorakan semangat juang
sambil mengumandangkan shalawat ini.
Spirit dari redaksi Sholawat dan latar belakang kisahnya
"klop" dengan kondisi Indonesia dewasa ini, orang-orang zhalim
biarlah mereka bertarung dengan sesamanya, jangan sampai umat dan para Ulama
menjadi korban mereka, seperti kata pepatah "Gajah Bertarung Sama Gajah
Pelanduk Mati di Tengah-Tengah".
Sumber:
KH Yusuf S
Labels:
islam
Thanks for reading RIWAYAT SHOLAWAT ASYGHIL. Please share...!