Posted by
One_Esc on
Monday, January 13, 2020
Agresi Militer 1 dan 2
1. Agresi Militer Belanda 1
Setelah Indonesia berhasil
memproklamasikan kemerdekaannya, Belanda ingin kembali menguasi Indonesia.
Dengan diboncengi oleh pihak sekutu, Inggris, Belanda melakukan
penyerangan-penyerangan terhadap Negara Indonesia.
Latar belakang
Agresi Militer Belanda 1 dilatar
belakangi oleh Belanda yang tidak menerima hasil Perundingan Linggajati yang
telah disepakati bersama pada tanggal 25 Maret 1947. Atas dasar tersebut, pada
tanggal 21 Juli 1947, Belanda melakukan agresi militer pertamanya dengan
menggempur Indonesia.
Tujuan Agresi Militer Belanda 1
Agresi militer pertama yang
dilakukan oleh Belanda mengandung beberapa misi yang harus mereka selesaikan.
Adapun tujuan dari agresi militer ini adalah sebaga berikut:
1. Bidang Politik
Mengepung ibu kota RI dan menghapus RI dari peta
(menghilangkan de facto RI).
2. Bidang Ekonomi
Merebut daerah-daerah penting, seperti Jawa Barat dan Timur
sebagai penghasil bahan makanan, Sumatera sebagai wilayah perkebunan dan
pertambangan.
3. Bidang Militer
Menghancurkan Tentara Negara Indonesia (TNI).
Sejarah Agresi Militer Belanda 1
Pada tanggal 21 Juli 1947,
Belanda menggempur Indonesia dengan menyerang Pulau Jawa dan Sumatra. Pasukan
TNI yang dikejutkan dengan serangan tersebut, terpencar-pencar dan mundur ke
daerah pinggiran untuk membangun daerah pertahanan baru. Pasukan TNI
selanjutnya membatasi pergerakan pasukan Belanda dengan taktik perang gerilya.
Dengan taktik ini, Pasukan TNI berhasil mempersulit Belanda.
Meskipun Belanda berhasil
menduduki beberapa kota-kota penting, akan tetapi justru hal ini membuat posisi
Republik Indonesia naik di mata dunia. Banyak negara-negara yang simpati dengan
Republik Indonesia, seperti Liga Arab yang akhirnya mengakui kemerdekaan
Indonesia sejak 18 November 1946.
Agresi militer yang dilakukan
oleh Belanda terhadap Indonesia memunculkan permusuhan negara-negara Liga Arab
terhadap Belanda. Dengan demikian, kedudukan Republik Indonesia di Timur Tengah
secara politik meningkat.
Dewan Keamanan PBB pun ikut
campur dalam masalah ini, dan membentuk Komisi Tiga Negara untuk menyelesaikan
konflik ini melalui serangkaian perundingan, seperti Perundingan Renville dan
Perundingan Kaliurang. Akan tetapi, perundingan-perundingan tersebut tetap
tidak diindahkan oleh Belanda.
2. Agresi Militer Belanda 2
Kegagalan PBB dalam menyelesaikan
konflik antara Belanda-Indonesia melalui jalan perundingan menyebabkan Belanda
tetap bersikeras untuk menguasai Republik Indonesia. Oleh karena itu, Belanda
melancarkan agresi militernya yang kedua.
Latar Belakang
Agresi militer Belanda 2
dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan mereka terhadap pejanjian Renvile yang
telah disepakati. Mereka menolak adanya pembagian kekuasaan dan tetap ingin
menguasai Republik Indonesia seutuhnya.
Sejarah Agresi Militer 2
Pada tanggal 19 Desember 1948,
tepat pukul 06.00, Belanda melancarkan serangannya ke Ibu Kota Indonesia pada
saat itu, Yogyakarta. Dalam peristiwa ini, Belanda menangkap dan menawan
pimpinan- pimpinan RI, seperti Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta,
Syahrir (Penasihat Presiden) dan beberapa menteri termasuk Menteri Luar Negeri
Agus Salim.
Presiden Soekarno dan Moh. Hatta
kemudian diasingkan di Bangka. Jatuhnya Yogyakarta, dan ditawannya beberapa
pimpinan RI membuat Belanda merasa telah menguasai Indonesia dan segera
membentuk Pemerintah Federal.
Akan tetapi, sebelum Belanda
membentuk Pemerintahan Federal, Ir. Soekarno meminta Syarifudin Prawiranegara
untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Selanjutnya,
Pada tanggal 19 Desember 1948 Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
berhasil dibentuk di Bukittinggi, Sumatera.
Sementara itu Belanda terus
menambah pasukannya ke wilayah RI untuk menunjukan bahwa mereka telah menguasai
Indonesia. Namun pada kenyataannya, Belanda hanya menguasai wilayah perkotaan
dan jalan raya, sementara itu Pemerintahan RI masih terus berlangsung hingga di
wilayah pedesaan.
Rakyat dan TNI bersatu berperang
melawan Belanda menggunakan siasat gerilya. TNI yang berada di bawah pimpinan
Jenderal Sudirman melancarkan serangan terhadap Belanda dan merusak
fasilitas-fasilitas penting, seperti: memutus kawat-kawat telepon, jalan-jalan
kereta api, dan menghancurkan jembatan agar Belanda tidak dapat menggunakannya.
Meskipun Jenderal Sudirman sedang
berada dalam keadaan sakit, Beliau masih sanggup berperang dengan bergerilya di
Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan menempuh perjalanan dari Yogyakarta,
Surakarta, Madiun, dan Kediri.
Pada tanggal 23 Desember 1948,
Pemerintah Darurat RI mengirimkan perintah Kepada wakil RI di PBB untuk
menyampaikan bahwa pemerintah RI bersedia untuk penghentian peperangan dan
mengadakan perundingan.
Namun, Belanda tidak mengindahkan
Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal 28 Januari 1949 untuk menghentikan perang.
Mereka pula menyakini bahwa RI telah hilang. Akan tetapi, TNI dan rakyat
melancarkan Serangan Umum 1 Maret 1949 untuk membuktikan bahwa RI masih ada dan
TNI masih kuat.
Serangan ini berhasil memukul
Belanda keluar dari Yogyakarta. Meskipun Yogyakarta hanya berhasil dikuasai
selama 6 jam, kenyataan ini membuktikan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia tetap berjalan.
dari berbagai sumber
Labels:
agresi militer belanda,
sejarah indonesia
Thanks for reading Materi Sejarah 8a. Agresi Militer Belanda 1 dan 2. Please share...!