Posted by
One_Esc on
Monday, September 2, 2019
Nenek moyang Bangsa Indonesia
Menurut Sarasin bersaudara,
penduduk asli Kepulauan Indonesia adalah ras berkulit gelap dan bertubuh kecil.
Mereka mulanya tinggal di Asia bagian tenggara. Ketika zaman es mencair dan air
laut naik hingga terbentuk Laut Cina Selatan dan Laut Jawa, sehingga memisahkan
pegunungan vulkanik Kepulauan Indonesia dari daratan utama. Beberapa penduduk
asli Kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah pedalaman,
sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Penduduk asli itu
disebut sebagai suku bangsa Vedda oleh Sarasin. Ras yang masuk dalam kelompok
ini adalah suku bangsa Hieng di Kamboja, Miaotse, Yao-Jen di Cina, dan Senoi di
Semenanjung Malaya.
Beberapa suku bangsa seperti
Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra dan Toala di Sulawesi
merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia. Mereka mempunyai hubungan
erat dengan nenek moyang Melanesia masa kini dan orang Vedda yang saat ini
masih terdapat di Afrika, Asia Selatan, dan Oceania. Vedda itulah manusia
pertama yang datang ke pulau-pulau yang sudah berpenghuni. Mereka membawa
budaya perkakas batu. Kedua ras Melanesia dan Vedda hidup dalam budaya
mesolitik.
Pendatang berikutnya membawa
budaya baru yaitu budaya neolitik. Para pendatang baru itu jumlahnya jauh lebih
banyak daripada penduduk asli. Mereka datang dalam dua tahap. Mereka itu oleh
Sarasin disebut sebagai Proto Melayu dan Deutero Melayu. Kedatangan mereka
terpisah diperkirakan lebih dari 2.000 tahun yang lalu.
Proto Melayu diyakini sebagai
nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar sampai
pulau-pulau paling timur di Pasifik. Mereka diperkirakan datang dari Cina
bagian selatan. Ras Melayu ini mempunyai ciri-ciri rambut lurus, kulit kuning
kecoklatan-coklatan, dan bermata sipit. Dari Cina bagian selatan (Yunan) mereka
bermigrasi ke Indocina dan Siam, kemudian ke Kepulauan Indonesia. Mereka itu
mula-mula menempati pantai-pantai Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan
Sulawesi Barat. Ras Proto Melayu membawa peradaban batu di Kepulauan Indonesia.
Ketika datang para imigran baru, yaitu Deutero Melayu (Ras Melayu Muda). Mereka
berpindah masuk ke pedalaman dan mencari tempat baru ke hutan-hutan sebagai
tempat huniannya. Ras Proto Melayu itu pun kemudian mendesak keberadaan
penduduk asli. Kehidupan di dalam hutan-hutan menjadikan mereka terisolasi dari
dunia luar, sehingga memudarkan peradaban mereka. Penduduk asli dan ras proto
melayu itu pun kemudian melebur. Mereka itu kemudian menjadi suku bangsa Batak,
Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo.
2. Deutero Melayu
Deutero Melayu merupakan ras yang
datang dari Indocina bagian utara. Mereka membawa budaya baru berupa perkakas
dan senjata besi di Kepulauan Indonesia, atau Kebudayaan Dongson. Mereka
seringkali disebut juga dengan orang-orang Dongson. Peradaban mereka lebih
tinggi daripada rasa Proto Melayu. Mereka dapat membuat perkakas dari perunggu.
Peradaban mereka ditandai dengan keahlian mengerjakan logam dengan sempurna.
Perpindahan mereka ke Kepulauan Indonesia dapat dilihat dari rute persebaran
alat-alat yang mereka tinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia, yaitu
berupa kapak persegi panjang. Peradaban ini dapat dijumpai di Malaka, Sumatera,
Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Dalam bidang pengolahan tanah
mereka mempunyai kemampuan untuk membuat irigasi pada tanah-tanah pertanian
yang berhasil mereka ciptakan, dengan membabat hutan terlebih dahulu. Ras
Deutero Melayu juga mempunyai peradaban pelayaran lebih maju dari pendahulunya
karena petualangan mereka sebagai pelaut dibantu dengan penguasaan mereka
terhadap ilmu perbintangan. Perpindahan ras Deutero Melayu juga menggunakan
jalur pelayaran laut. Sebagian dari ras Deutero Melayu ada yang mencapai
Kepulauan Jepang, bahkan kelak ada yang hingga sampai Madagaskar.
3. Melanesoid
Ras lain yang juga terdapat di
Kepulauan Indonesia adalah ras Melanesoid. Mereka tersebar di lautan Pasifik di
pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan benua Australia. Di Kepulauan
Indonesia mereka tinggal di Papua. Bersama dengan Papua-Nugini dan Bismarck,
Solomon, New Caledonia dan Fiji, mereka tergolong rumpun Melanesoid. Menurut
Daldjoeni suku bangsa Melanesoid sekitar 70% menetap di Papua, sedangkan 30%
lagi tinggal di beberapa kepulauan di sekitar Papua dan Papua-Nugini.
4. Negrito dan Weddid
Sebelum kedatangan
kelompok-kelompok Melayu tua dan muda, negeri kita sudah terlebih dulu
kemasukkan orang-orang Negrito dan Weddid. Sebutan Negrito diberikan oleh
orang-orang Spanyol karena yang mereka jumpai itu berkulit hitam mirip dengan
jenis-jenis Negro. Sejauh mana kelompok Negrito itu bertalian darah dengan
jenis-jenis Negro yang terdapat di Afrika serta kepulauan Melanesia (Pasifik),
demikian pula bagaimana sejarah perpindahan mereka, belum banyak diketahui
dengan pasti.
Kelompok Weddid terdiri atas
orang-orang dengan kepala mesocephal dan letak mata yang dalam sehingga nampak
seperti berang; kulit mereka coklat tua dan tinggi rata-rata lelakinya 155 cm.
Weddid artinya jenis Wedda yaitu bangsa yang terdapat di pulau Ceylon
(Srilanka). Persebaran orang-orang Weddid di Nusantara cukup luas, misalnya di
Palembang dan Jambi (Kubu), di Siak (Sakai) dan di Sulawesi pojok tenggara
(Toala, Tokea dan Tomuna)
Periode migrasi itu berlangsung
berabad-abad, kemungkinan mereka berasal dalam satu kelompok ras yang sama dan
dengan budaya yang sama pula. Mereka itulah nenek moyang orang Indonesia saat
ini.
Sekitar 170 bahasa yang digunakan
di Kepulauan Indonesia adalah bahasa Austronesia (Melayu-Polinesia). Bahasa itu
kemudian dikelompokkan menjadi dua oleh Sarasin, yaitu Bahasa Aceh dan
bahasa-bahasa di pedalaman Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Kelompok kedua
adalah bahasa Batak, Melayu standar, Jawa, dan Bali. Kelompok bahasa kedua itu
mempunyai hubungan dengan bahasa Malagi di Madagaskar dan Tagalog di Luzon.
Persebaran geografis kedua bahasa itu menunjukkan bahwa penggunanya adalah
pelaut-pelaut pada masa dahulu yang sudah mempunyai peradaban lebih maju. Di
samping bahasa-bahasa itu, juga terdapat bahasa Halmahera Utara dan Papua yang
digunakan di pedalaman Papua dan bagian utara Pulau Halmahera.
Labels:
materi masa purbakala,
sejarah
Thanks for reading Materi 2c : Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia. Please share...!