Posted by
One_Esc on
Monday, September 2, 2019
Perkembangan
Teknologi
kebudayaan zaman batu ini dibagi
menjadi tiga yaitu, Paleolitikum, Mesolitikum dan Neolitikum.
1. Antara Batu dan Tulang
Peralatan pertama yang digunakan
oleh manusia purba adalah alat-alat dari batu yang seadanya dan juga dari tulang.
Peralatan ini berkembang pada zaman Paleolitikum atau zaman batu tua.
Kebudayaan zaman Paleolitikum ini secara umum ini terbagi menjadi Kebudayaan
Pacitan dan Kebudayaan gandong.
a. Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan ini berkembang di
daerah Pacitan, Jawa Timur. Beberapa alat dari batu ditemukan di daerah ini.
Seorang ahli, von Koeningwald dalam penelitiannya pada tahun 1935 telah
menemukan beberapa hasil teknologi bebatuan atau alat-alat dari batu di Sungai
Baksoka dekat Punung. Alat batu itu masih kasar, dan bentuk ujungnya agak
runcing, tergantung kegunaannya. Alat batu ini sering disebut dengan kapak
genggam atau kapak perimbas. Kapak ini digunakan untuk menusuk binatang atau
menggali tanah saat mencari umbi-umbian. Di samping kapak perimbas, di Pacitan
juga ditemukan alat batu yang disebut dengan chopper sebagai alat penetak. Di
Pacitan juga ditemukan alat-alat serpih.
b. Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Ngandong berkembang di
daerah Ngandong dan juga Sidorejo, dekat Ngawi. Di daerah ini banyak ditemukan alat-alat dari
batu dan juga alat-alat dari tulang. Alat-alat dari tulang ini berasal dari
tulang binatang dan tanduk rusa yang diperkirakan digunakan sebagai penusuk
atau belati. Selain itu, ditemukan juga alat-alat seperti tombak yang
bergerigi. Di Sangiran juga ditemukan alat-alat dari batu, bentuknya indah
seperti kalsedon. Alat-alat ini sering disebut dengan flake.
Sebaran artefak dan peralatan
paleolitik cukup luas sejak dari daerah-daerah di Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan
Halmahera.
2. Antara Pantai dan Gua
Zaman batu terus berkembang
memasuki zaman batu madya atau batu tengah yang dikenal zaman Mesolitikum.
Hasil kebudayaan batu madya ini sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil
kebudayaan zaman Paleolitikum (batu tua). Sekalipun demikian, bentuk dan
hasil-hasil kebudayaan zaman Paleolitikum tidak serta merta punah tetapi
mengalami penyempurnaan. Bentuk flake dan alat-alat dari tulang terus mengalami
perkembangan.
Secara garis besar kebudayaan
Mesolitikum ini terbagi menjadi dua kelompok besar yang ditandai lingkungan
tempat tinggal, yakni di pantai dan di gua.
a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger.
Kjokkenmoddinger istilah dari
bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding dapat diartikan sampah
(kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam kaitannya dengan budaya manusia,
kjokkenmoddinger merupakan tumpukan timbunan kulit siput dan kerang yang
menggunung di sepanjang pantai Sumatra.
b. Kebudayaan Abris Sous Roche
Kebudayaan abris sous roche
merupakan hasil kebudayaan yang ditemukan di gua-gua. Hal ini mengindikasikan
bahwa manusia purba pendukung kebudayaan ini tinggal di gua-gua. Kebudayaan ini
pertama kali dilakukan penelitian oleh Von Stein Callenfels di Gua Lawa dekat
Sampung, Ponorogo. Penelitian dilakukan tahun 1928 sampai 1931. Beberapa hasil
teknologi bebatuan yang ditemukan misalnya ujung panah, flakke, batu
penggilingan. Juga ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan
abris sous roche ini banyak ditemukan misalnya di Besuki, Bojonegoro, juga di
daerah Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong.
3. Mengenal Api
Bagi manusia purba, proses
penemuan api merupakan bentuk inovasi yang sangat penting. Berdasarkan data
arkeologi, penemuan api kira-kira terjadi pada 400.000 tahun yang lalu.
Penemuan pada periode manusia Homo erectus.
Fungsi Api pada saat itu
digunakan untuk :
-menghangatkan diri dari cuaca
dingin
-memasak makanan
- Manusia juga menggunakan api
sebagai senjata. (untuk menghalau binatang buas)
- Api dapat juga dijadikan sumber
penerangan.
4. Sebuah Revolusi
Perkembangan zaman batu yang
dapat dikatakan paling penting dalam kehidupan manusia adalah zaman batu baru
atau neolitikum.
Pada zaman neolitikum yang juga
dapat dikatakan sebagai zaman batu muda. Pada zaman ini telah terjadi “revolusi
kebudayaan”, yaitu terjadinya perubahan pola hidup manusia. Pola hidup food
gathering digantikan dengan pola food producing. Hal ini seiring dengan
terjadinya perubahan jenis pendukung kebudayannya.
a. Kebudayaan Kapak Persegi
Nama kapak persegi berasal dari
penyebutan oleh von Heine Geldern. Penamaan ini dikaitkan dengan bentuk alat
tersebut. Kapak persegi ini berbentuk persegi panjang dan ada juga yang
berbentuk trapesium. Ukuran alat ini juga bermacam-macam. Kapak persegi yang
besar sering disebut dengan beliung atau pacul (cangkul), bahkan sudah ada yang
diberi tangkai sehingga persis seperti cangkul zaman sekarang. Sementara yang
berukuran kecil dinamakan tarah atau tatah. Penyebaran alat-alat ini terutama
di Kepulauan Indonesia bagian barat, seperti Sumatra, Jawa dan Bali.
b. Kebudayaan Kapak Lonjong
Nama kapak lonjong ini
disesuaikan dengan bentuk penampang alat ini yang berbentuk lonjong. Bentuk
keseluruhan alat ini lonjong seperti bulat telur. Pada ujung yang lancip ditempatkan
tangkai dan pada bagian ujung yang lain diasah sehingga tajam. Kapak yang
ukuran besar sering disebut walzenbeil dan yang kecil dinamakan kleinbeil.
Penyebaran jenis kapak lonjong ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian
timur, misalnya di daerah Papua, Seram, dan Minahasa.
c. Perkembangan Zaman Logam
Mengakhiri zaman batu masa
Neolitikum maka dimulailah zaman logam. Sebagai bentuk masa perundagian. Zaman
logam di Kepulauan Indonesia ini agak berbeda bila dibandingkan dengan yang ada
di Eropa. Di Eropa zaman logam ini mengalami tiga fase, zaman tembaga, perunggu
dan besi.
Di Kepulauan Indonesia hanya mengalami zaman perunggu dan besi. Zaman perunggu merupakan fase yang sangat penting dalam sejarah. Beberapa contoh benda-benda kebudayaan perunggu itu antara lain: kapak corong, nekara, moko, berbagai barang perhiasan. Beberapa benda hasil kebudayaan zaman logam ini juga terkait dengan praktik keagamaan misalnya nekara.
Di Kepulauan Indonesia hanya mengalami zaman perunggu dan besi. Zaman perunggu merupakan fase yang sangat penting dalam sejarah. Beberapa contoh benda-benda kebudayaan perunggu itu antara lain: kapak corong, nekara, moko, berbagai barang perhiasan. Beberapa benda hasil kebudayaan zaman logam ini juga terkait dengan praktik keagamaan misalnya nekara.
5. Konsep Ruang pada Hunian (Arsitektur)
Bentuk pola hunian dengan
menggunakan penadah angin, menghasilkan pola menetap pada manusia masa itu.
Pola hunian itu sampai saat ini masih digunakan oleh Suku Bangsa Punan yang
tersebar di Kalimantan. Bentuk hunian itu merupakan bagian bentuk awal
arsitektur di luar tempat hunian di goa. Secara sederhana penadah angin
merupakan suatu konsep tata ruangan yang memberikan secara implisit memberikan
batas ruang.
Pada kehidupan dengan masyarakat
berburu yang masih sangat tergantung pada alam, mereka lebih mengikut ritme dan
bentuk geografis alam. Dengan demikian konsep ruang mereka masih kurang
bersifat geometris teratur. Pola garis lengkung tak teratur seperti aliran
sungai, dan pola spiral seperti route yang ditempuh mungkin adalah citra pola
ruang utama mereka. Ruang demikian belum menguta makan arah utama. Secara
sederhana dapatlah kita lihat bahwa, pada masa praaksara konsep tata ruang,
atau yang saat ini kita kenal dengan arsitektur itu sudah mereka kenal.
Labels:
materi masa purbakala,
sejarah
Thanks for reading Materi 2e : Perkembangan Teknologi Manusia Purba. Please share...!