Blog Kang One

Catatan Sederhana untuk Berbagi

Materi Sejarah 5d : Perlawanan Rakyat Di Daerah Terhadap Inggris Dan Belanda

Perlawanan Rakyat Daerah Menentang Kolonialisme Inggris Dan Belanda


A. Perlawanan terhadap Inggris

1. Pemberontakan Sepoy tahun 1815
 Pemberontakan ini disebabkan oleh kekhawatiran pasukan sepoy yang kemungkinan ditinggalkan Inggris sehingga tidak dapat pulang ke negaranya yaitu India setelah kembalinya kekuasaan Belanda di Eropa dari Perancis. Pasukan Sepoy adalah pasukan sukarela dari India yang di bawa Inggris ke Indonesia untuk membersihkan tanah Jawa dari orang-orang Belanda.Agar mereka selamat dari orang-orang Indonesia dan pasukan Belanda maka mereka menjalin dukungan terhadap para pangeran dan dukungan kraton guna melawan Inggris. usaha kaum sepoy yang dipimpin Dhaugkul Syihk berhasil mendekati para pangeran khususnya  Pakubuwono VI yang ingin meningkatkan hegemoni atas Jawa dengan harapan anaknya dapat menjadi Sultan di Yogyakarta dan P. Mangkubumi menjadi penguasa Surakarta. Tetapi usaha ini tidak mendapat dukungan dari Sultan/ kraton. Akibatnya kaum sepoy akan ditembak mati oleh Inggris bila melakukan persekongkolan sedangkan P. Mangkubumi dibiarkan tertangkap Inggris walau Pakubuwono berjanji akan melindunginya.

2. Perlawanan rakyat Palembang tahun 1812
Perang ini disebabkan adanya ditolaknya utusan Raffles ke Palembang dipimpin Richard Philips ke Palembang untuk mengambil alih kantor dan benteng Belanda sekaligus hak kuasa Sultan atas tambang timah di pulau Bangka oleh Sultan Mahmud Baharuddin. Sebab dengan diusirnya Belanda maka Palembang akan menjadi kesultanan yang merdeka.


Akibatnya Inggris mengirim ekspedisi perang tahun 1812 dipimpin Mayor Jenderal Robert Gillespie menuju sungai Musi menggunakan rakit dan perahu dilengkapi meriam dan senjata api. ekspedisi ini dihadapi Palembang dengan cara membuat rakit yang dilengkapi minyak yang mudah terbakar untuk ditabrakkan ke rakit-rakit dan perahu pasukan Inggris. Hasilnya Palembang jatuh ke tangan Inggris setelah pertahanan di pulau Borang dikuasai Inggris dan pengkhianatan yang dilakukan adik Sultan bernama Pangeran Adipati Ahmad Najamuddin. Sultan Badaruddin akhirnya memutuskan melakukan perang gerilya menghadapi Inggris.


Sejak 26 April 1812 Palembang di bawah Inggris, Najamudin diangkat sebagai Sultan Palembang, Tambang timah di pulau Bangka dan Belitung diserahkan kepada Inggris. dan Robert Gillespie digantikan kapten Mearers sebagai residen Palembang. Mearers yang mencoba menyerbu pertahanan gerilya S Badaruddin di Buaya langu, hulu sungai musi mengalami kegagalan bahkan dia terluka dan berujung pada kematian di rumah sakit Muntok. Penggantinya Mayor William Robinson yang tidak cocok dengan Sultan Najamudin yang dianggap terlalu lemah mencoba bernegosiasi dan bertemu langsung dengan Sultan Badarudin di Muara Rawas tanggal 19 Juni 1813 setelah seorang perwira dan penterjemah yang diutus gagal bernegosiasi. Misi berhasil membuat kesepakatan yaitu Sultan Badaruddin kembali menjadi Sultan palembang menggantikan adiknya sedangkan Inggris mendapat izin atas konsesi timahnya di Pulau Bangka dan Belitung. Tetapi pada tanggal 4 Agustus 1813 kesepakatan Robinson dengan Sultan Badaruddin dibatalkan secara sepihak oleh Inggris dan kekuasaan Najamudin dikembalikan sebagai Sultan Palembang dan Inggris mengembalikan uang suap kepada Sultan Badarudin beserta  bunganya, sedangkan Robinson dipecat dengan alasan menerima suap. kekuasan di Palembang berlangsung hingga ditandanganinya traktat London tanggal 13 Agustus 1814.

 B. Perlawanan terhadap VOC
Karena monopoli perdagangan yang dilakukan VOC serta usahanya untuk memperluas daerah jajahan.  Perang terhadap VOC diantaranya adalah :

1. Perlawanan kerajaan Mataram
Perlawanan ini disebabkan oleh usaha Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram untuk mengembangkan kekuasaanya di seluruh Jawa. Tetapi usaha ini terhalang oleh VOC yang ada di Batavia. Untuk itu perlu dilancarkan serangan ke Batavia guna menyingkirkan VOC dari pulau Jawa. Alasan Mataram adalah VOC tidak mau mengakui kedaulatan kerajaan Mataram dan berusaha memonopoli perdagangan di Jawa.


Serangan kerajaan Mataram terjadi 2 kali, Tahun 1627 dipimpin Tumeng gung Bahurekso, Suro  Agul-Agul, Dipati Uposonto, Dipati Mandurejo,dan Dipati Ukur. Serangan pertama gagal karena banyak persediaan makanan pasukan Mataram di bakar Belanda,jarak Mataram VOC yang jauh dan kalah persenjataan perang. Pada serangan kedua dipimpin Pangeran Puger dan Pangeran Purboyo berhasil mengepung Batavia berhari-hari dalam serangan ini Gubernur Jenderal Belanda J.P Coen tewas terkena penyakit kolera.

Sepeninggal Sultan Agung, penggantinya yaitu Sultan Amangkurat Mas I justeru bersedia bekerjasama dengan  Belanda. Hal ini menimbulkan kemarahan rakyat khususnya daerah Pantura, mereka bangkit melawan Belanda dipimpin Trunojoyo yang dibantu pasukan Makasar dipimpin Kraeng Galesung dan berhasil menguasai ibukota kerajaan Mataram.

Pengganti Amangkurat Mas I adalah Amangkurat Mas II. Ibukota Mataram dipindah ke Surakarta ia berhasil menyingkirkan Trunojoyo berkat bantuan Belanda. Tetapi Amangkurat Mas II sadar, kerjasama dengan Belanda lebih banyak ruginya maka ketika Untung Suropati melawan Belanda ia justeru mendukung dan kapten Tack berhasil dibunuh. Belanda berusaha memecah belah kerajaan Mataram, maka ketika terjadi perang yang dipimpin P.Mangkubumi dan Raden Mas Said diselesaikan dengan perjanjian Gianti dan perjanjian Salatiga. Perjanjian Gianti berisi kerajaan Mataram dibagi menjadi 2 Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. P.Mangkubumi menjadi raja di Kasultanan Yogyakarta bergelar Sri Sultan Hameng ku Buwono I, sedang perjanjian Salatiga membagi kasunanan Surakarta mnjadi 2 yaitu Kasuna nan Surakarta dan Mangkunegaran, Raden Mas Said menjadi raja Mangkunegaran bergelar Sri Mangkunegoro I.

2. Perlawanan kerajaan Makasar
Perlawanan ini dipimpin Sultan Hasanudin. Penyebab peperangan adalah keinginan VOC untuk memonopoli perdagangan di Makasar. Untuk itu VOC berusaha menguasai benteng Sombaapu yang strategis karena menghubungkan perdagangan antara Malaka – Jawa –Maluku.Pertama-tama VOC meminta Makasar untuk menutup pelabuhannya bagi kapal-kapal asing kecuali kepada Belanda. Permintaan tersebut ditolak Sultan Hasanudin justeru S Hasanudin menguasai daerah sekitarnya termasuk Bone dan daerah Nusa tenggara. Aru Palaka penguasa Bone tidak terima maka ia minta     bantuan Belanda untuk menyingkirkan Sultan Hasanudin, akibatnya perang besar tidak dapat dihindari.

Sultan Hasanudin mengalami kekalahan dan terpaksa menandata ngani perjanjian Bongaya sambil mengulur waktu untuk menghimpun kekuatan kembali. Perjanjian Bongaya berisi : VOC memonopoli perdagangan di Makasar, VOC boleh mendirikan benteng Roterdam di Makasar, Sultan Hasanudin harus melepaskan daerah yang dikuasai termasuk Bone, Aru Palaka diakui sebagai raja Bone, dan Makasar harus mengganti kerugian perang. Setelah kekuatan kembali terkumpul Sultan Hasanudin melanjutkan perang dan gugur di benteng Sombaapu, pengikutnya yang setia melanjutkan perjuangan ke daerah lain seperti Kraeng Galesung dan Montemerano yang membantu Trunojoyo di Jawa.


3.  Perlawanan kerajaan Banten
       Di masa Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mencapai kejayaan ia menerapkan sistem perdagangan bebas sehingga banyak bangsa berdagang dengan kerajaan Banten. Namun VOC berusaha mendapat hak monopoli perdagangan di Banten, pertama-tama VOC memblokade jalur perdagangan di Banten. Sultan Ageng Tirtayasa minta bantuan Inggris, Denmark dan Perancis. VOC tidak kurang akal dengan siasat de vide et impera Sultan Haji anak Sultan Ageng Tirtayasa berhasil dibujuk Belanda untuk merebut tahta ayahnya.

Tahun 1681 pasukan VOC yang di bantu Sultan Haji berhasil mendesak pasukan Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng tertangkap dan di tawan hingga wafat pada tahun 1692. Sebagai imbalan Sultan Haji harus memberikan Cirebon kepada VOC, memberikan hak monopoli dagang lada di Banten dan Lampung kepada VOC, dan Banten harus mengakui kekuasaan VOC. Namun perlawanan terhadap VOC di Banten terus berlanjut dibawah pimpinan Pangeran Purbaya, Ratu Bagus dan Kyai Tapa.






4. Perlawanan rakyat Maluku
       Perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC  disebabkan oleh :
·        upaya VOC memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku
·        pelayaran hongi dan hak ekstirpasi yang dilakukan VOC

Pelayaran Hongi yaitu patroli keamanan menggunakan kapal kora-kora untuk mencegah terjadinya penyelundupan perdagangan rempah-rempah yang dilakukan rakyat Maluku terhadap bangsa lain. Hak ekstirpasi yaitu pembakaran tanaman cengkeh/ rempah-rempah untuk menjaga kestabilan harga rempah-rempah di pasar dunia.       
                                
   Perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC dipimpin oleh Kakiali (1635), Telukabesi (1646), Saidi (1650) dan oleh sultan Tidore bernama Sultan Jamaludin. Tertangkapnya Sultan Jamaludin oleh VOC menyebabkan perang besar antara rakyat Tidore yang dipimpin Sultan Nuku putera Sultan Jamaludin melawan VOC. Siasat yang dipakai adalah mengadu domba antara tentara Inggris dengan tentara VOC. Setelah VOC kalah tentara Inggris disingkirkan dari Maluku, dan Tidore terbebas dari kekuasaan asing untuk sementara.

Perlawanan terhadap pemerintah Kolonial Belanda

1. Perang Jawa / Perang Jawa
      Disebut perang Jawa karena wilayah pertempuran hampir meliputi seluruh Jawa :
Sebab khusus :  Dibangunnya jalan raya melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro tanpa izin.
Sebab Umum :
a.      Penderitaan rakyat akibat harus membayar : pajak tanah (wlah-welit),pajak halaman keku rangan (pangawang-awang), pajak jumlah pintu (pencumpling), pajak ternak (pajigar), pajak pindah nama (penyongket) dan bekti (pajak jabatan).
b.      Semakin sempitnya wilayah kerajaan dan menurunnya kedaulatan raja   
c.      Intervensi Belanda dalam pemerintahan kerajaan
d.      Masuknya budaya Barat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam
e.      Hapusnya sistem penyewaan tanah bangsawan kepada petani       
f.       Belanda tidak menghormati adat kraton

 Strategi perang yang digunakan adalah siasat perang gerilya dengan basis kekuatan di Gua selarong. Dekso, Plered, Pengasih Perlawanan ini didukung para ulama, pejabat kerajaan, bangsawan dan rakyat jelata. Daerah perlawanan meliputi sebagian Jawa Barat, Jawa timur dan terbesar di   Tengah dan Yogyakarta. Tokohnya : Sentot Prawirodirjo, Kyai Mojo, Pangeran Adinegoro, Pangeran Ontowiryo, Pangeran Adiwinoto, Kyai Hasan Besari, Suryonegoro, Warsokesumo, Kerto pengalasan, Kartodirjo, Nyi Ageng Serang yang berusia 73 tahun, Raden Ario Sosrodilogo.

Strategi yang digunakan Belanda:
·        mendatangkan pasukan yang lebih besar
·   membangun benteng stelsel dengan tujuan untuk mempersempit ruang gerak Pangeran Diponegoro
·        menjanjikan hadiah
·        dan mengadakan perjanjian dimana secara licik Pangeran Diponegoro ditangkap saat berunding di Magelang selanjutnya dibuang ke Manado dan meninggal di Ujung Pandang.

2.   Perang Paderi (Sumatera Barat)
Sebab khusus : adanya pertentangan antara kaum adat dengan kaum Paderi yang hendak menghapuskan kebiasaan kaum adat yang dianggap menyimpang dari ajaran agama Islam.

Kaum adat yang dipimpin Datuk Sati, dibantu oleh Belanda. Perang ini terbagi menjadi 3 :

a.       Masa tahun 1821-1825
Perang terjadi ketika Belanda yang membantu kaum adat menguasai daerah Simawang. Ketika letkol Raff menggantikan Du Puy sebagai residen dan komandan di Padang terjadilah perjanjian Masang  isinya adalah gencatan senjata serta Belanda mengakui kekuasaan kaum Paderi atas Lintau, Koto, Telawas,dan Agam.Tujuannya agar pasukan Belanda terkonsentrasi untuk memadamkan perlawanan Diponegoro

b.   Masa 1825-1830
Perang terjadi karena mereka tidak percaya Belanda akan menepati janji seperti pengkhianatan Belanda terhadap kaum Paderi di Bonjol. Di masa ini kaum adat membantu kaum Paderi namun Belanda lebih terkonsentrasi karena perang Diponegoro sudah berakhir.

c.   Masa 1830 – 1837
Meningkatnya perlawanan kaum Paderi dihadapi Belanda dengan mendatangkan pasukan yang lebih banyak dgn  mendatangkan pasukan Ali Basyah Sentot Prawiradirjo dari Jawa. Akibatnya banyak pemimpin kaum

paderi tertangkap termasuk Imam Bonjol, Ia dibuang ke Cianjur, Ambon Tuanku Imam Bonjol dan meninggal di Manado Tokohnya : Tuanku nan Renceh, Tuanku Lubuk Alur, Tuanku Kapau, Tuanku Padang Luar, Tuanku Merapi , Tuanku Padang Lawas, Muhamad Syahab lebih dikenal dengan Imam Bonjol.








3.   Perang Aceh
      Latar belakang : Berdasarkan traktat London 1824 Aceh mendapat status sebagai Bufferstate bagi kekuasaan Belanda di Sumatra dengan Inggris di Malaka. Hal ini menyebabkan Aceh bebas melakukan hubungan dengan bangsa lain seperti ke Turki, Italia dan Amerika. Namun sejak adanya traktat Sumatera 1871 Aceh menjadi bagian wilayah Belanda kolonial.

Sebab khusus : Serangan Belanda terhadap kasultanan Aceh dan menduduki Masjid besar AcehPada serangan Belanda pertama, gagal bahkan Jenderal Kohler tewas. Tetapi serangan kedua yang dipimpin Van Swieten berhasil menguasai mesjid Raya dan Istana Aceh.Usaha Belanda menguasai Aceh adalah dengan pemusatan pertahanan, membangun pos-pos penjagaan, konsentrasi stelsel (kota raja sebagai pusat dan dibangun benteng pertahanan berjarak 5-6 km dari istana), mendekati dan membujuk kaum bangsawan, mendatangkan Snouck Hurgronje ahli Islammologi ternyata diketahui ada perbedaan pandangan dalam menghadapi Belanda antara bangsawan dengan ulama.Celah inilah yang digunakan Belanda untuk mematahkan serangan rakyat Aceh. Sehingga dengan serangan yang ofensif dipimpin Van Heuts, Aceh terdesak dan banyak pemimpinnya tertangkap. Perlawanan Aceh ini termasuk perlawanan paling lama dalam sejarah melawan Belanda. Tokoh pahlawan Aceh diantaranya Teuku Umar, Panglima Polim, Cut Nyak Din, Cut Meuthia, Cik Di Tiro, Teuku Imam Luengbata, Teuku Cik Tunong (suami Cut Meuthia), Pang Nangru dan Raja Sabil anak Meuthia.


4.   Perang Batak dipimpin Si Singamangaraja XII
 Sebab khusus : Adanya kecurigaan raja Batak terhadap perluasan wilayah Belanda dengan kedok penyebaran agama (Zending) apalagi setelah Sumatera Barat berhasil dikuasai Belanda. Akibatnya pos-pos Zending Belanda diserang. Strategi yang digunakan dengan menggunakan benteng-benteng alam dan benteng buatan. Berkat bantuan dari Aceh akhirnya pasukan Si Simangaraja XII terdesak dan ia gugur bersama Lopian (puterinya) & kedua putranya Sutan Nagari dan Patuan Anggi.


5.   Perlawanan Saparua (Maluku 1817)
 Sebab khusus : Pendudukan Belanda atas benteng Duurstede di Saparua
Sebab lain          : kewajiban membuat garam dan ikan asin bagi kepentingan kapal perang Belanda, paksaan bagi pemuda-pemudi negeri untuk menjadi serdadu di Jawa, kegelisahan rakyat Maluku terhadap pajak yang berat serta monopoli perdagangan yang dilakukan Belanda dan peredaran uang kertas yang membingungkan rakyat. Perang besar terjadi dalam perebutan benteng Duurstede tanggal 15 Mei 1817. Semula Patimura memperoleh kemenangan namun karena kalah persenjataan dan tambahnya pasukan Belanda, benteng tidak dapat dipertahankan, perang dilanjutkan di luar benteng. Pasukan Pattimura semakin terdesak, kapitan Paulus Tiahahu bersama puterinya Christina Marta Tiahahu tertangkap. Akhirnya Patimura pun tertangkap ia dijatuhi hukuman gantung bersama tiga panglimanya yang setia. Pengikut Patimura yang lain diantaranya Ulupaha, Anthoni Rhebock, Thomas Pattiwael, Said Parintah.

6. Perang Kalimantan dipimpin Pangeran Antasari dan P. Hidayat penyebabnya Belanda campur tangan masalah pergantian tahta di kerajaan Banjar yaitu pengangkatan Pangeran Tamjidillah oleh Belanda di kerajaan Banjar sedangkan rakyat menghendaki P. Hidayat sebagai raja. Dalam perlawanan ini P. Antasari dibantu Kyai Demang Leman, Kyai Lang lang, dan Haji Buyasin.

7.  Perang di Bali dipimpin Raja Buleleng dan patih I Gusti Ktut Jelantik sebab utamanya Belanda hendak menghapuskan hukum tawan karang yaitu kapal-kapal asing yang berlabuh di Bali kapal beserta isinya menjadi hak raja-raja Bali. Perang dilakukan dengan cara puputan atau mengamuk guna mempertahankan benteng Jagaraga.

8. Perlawanan di Palembang dipimpin Sultan Badarudin, di Lampung dipimpin Raden Imbakusuma dan Raden Panggung

GERAKAN SOSIAL

Penyebabnya adanya ketidakadilan dan penderitaan yang dialami masyarakat dan merindukan datangnya sang Ratu Adil yang dapat memerintah secara aman adil makmur dan sentosa selain juga untuk pemurnian agama Islam. Gerakan sosial ini meliputi :

1.  Gerakan melawan pemerasan yaitu gerakan rakyat yang bertujuan menentang paraturan yang tidak adil. Gerakan ini bersifat dendam dan benci terhadap kehidupan sosial ekonomi yang tidak baik karena tindak pemerasan seperti yang terjadi di Ciomas 1886 dipimpin oleh Moh Idris, di Tanjong Oost,Condet,(sekarang Jakarta Timur) dipimpin oleh Entong Gendut. Gerakan lain terjadi di tanah-tanah partikelir seperti Cakung, Slipi, Ciampea, Demak, dan Surabaya mereka menuntut dihapuskannya tanah partikelir.
2.  Gerakan Ratu Adil ialah gerakan rakyat yang didasarkan pada kepercayaan akan datangnya tokoh juru selamat atau ratu adil atau Imam mahdi. Gerakan ini bersandar pada segi-segi gaib. Contoh gerakan yang dipimpin Kasan Mukmin di Sidoarjo Jawa Timur (1903) dengan gerakan Dermojoyo di Kediri 1907.
3.  Gerakan Samin yaitu gerakan-gerakan sosial tradisional yang pasif. Gerakan ini tanpa kekerasan dan anggota-anggotanya rajin, jujur dan berhasil sebagai petani serta menghargai sesamanya. Muncul sejak abad ke–19 di daerah Blora pimpinan Surosentiko dengan tindakannya menentang pembayaran pajak

4.  Gerakan keagamaan yaitu gerakan yang memandang pemerintah kolonial Belanda dan pengikutnya sebagai musuh. Gerakan ini menghendaki kehidupan keagamaan dengan cara ketat yang disebut gerakan pemurnian agama Islam. Contoh gerakan Budiah yang dipimpin H. Muh Rifangi di desa Kali Salak, Pekalongan tahun 1850 (Matroji:53)
Labels: perlawanan rakyat terhadap kolonialisme, sejarah

Thanks for reading Materi Sejarah 5d : Perlawanan Rakyat Di Daerah Terhadap Inggris Dan Belanda. Please share...!

Back To Top