Posted by
One_Esc on
Monday, November 4, 2019
Perlawanan Rakyat Daerah Menentang Kolonialisme Inggris Dan Belanda
A. Perlawanan terhadap Inggris
1. Pemberontakan
Sepoy tahun 1815
Pemberontakan ini disebabkan oleh kekhawatiran
pasukan sepoy yang kemungkinan ditinggalkan Inggris sehingga tidak dapat pulang
ke negaranya yaitu India setelah kembalinya kekuasaan Belanda di Eropa dari
Perancis. Pasukan Sepoy adalah pasukan sukarela dari India yang di bawa Inggris
ke Indonesia untuk membersihkan tanah Jawa dari orang-orang Belanda.Agar mereka
selamat dari orang-orang Indonesia dan pasukan Belanda maka mereka menjalin
dukungan terhadap para pangeran dan dukungan kraton guna melawan Inggris. usaha
kaum sepoy yang dipimpin Dhaugkul Syihk berhasil mendekati para pangeran
khususnya Pakubuwono VI yang ingin meningkatkan
hegemoni atas Jawa dengan harapan anaknya dapat menjadi Sultan di Yogyakarta
dan P. Mangkubumi menjadi penguasa Surakarta. Tetapi usaha ini tidak mendapat
dukungan dari Sultan/ kraton. Akibatnya kaum sepoy akan ditembak mati oleh
Inggris bila melakukan persekongkolan sedangkan P. Mangkubumi dibiarkan
tertangkap Inggris walau Pakubuwono berjanji akan melindunginya.
2. Perlawanan
rakyat Palembang tahun 1812
Perang ini
disebabkan adanya ditolaknya utusan Raffles ke Palembang dipimpin Richard
Philips ke Palembang untuk mengambil alih kantor dan benteng Belanda sekaligus
hak kuasa Sultan atas tambang timah di pulau Bangka oleh Sultan Mahmud
Baharuddin. Sebab dengan diusirnya Belanda maka Palembang akan menjadi
kesultanan yang merdeka.
Akibatnya
Inggris mengirim ekspedisi perang tahun 1812 dipimpin Mayor Jenderal Robert
Gillespie menuju sungai Musi menggunakan rakit dan perahu dilengkapi meriam dan
senjata api. ekspedisi ini dihadapi Palembang dengan cara membuat rakit yang
dilengkapi minyak yang mudah terbakar untuk ditabrakkan ke rakit-rakit dan
perahu pasukan Inggris. Hasilnya Palembang jatuh ke tangan Inggris setelah
pertahanan di pulau Borang dikuasai Inggris dan pengkhianatan yang dilakukan
adik Sultan bernama Pangeran Adipati Ahmad Najamuddin. Sultan Badaruddin
akhirnya memutuskan melakukan perang gerilya menghadapi Inggris.
Sejak 26 April
1812 Palembang di bawah Inggris, Najamudin diangkat sebagai Sultan Palembang,
Tambang timah di pulau Bangka dan Belitung diserahkan kepada Inggris. dan
Robert Gillespie digantikan kapten Mearers sebagai residen Palembang. Mearers
yang mencoba menyerbu pertahanan gerilya S Badaruddin di Buaya langu, hulu
sungai musi mengalami kegagalan bahkan dia terluka dan berujung pada kematian
di rumah sakit Muntok. Penggantinya Mayor William Robinson yang tidak cocok
dengan Sultan Najamudin yang dianggap terlalu lemah mencoba bernegosiasi dan
bertemu langsung dengan Sultan Badarudin di Muara Rawas tanggal 19 Juni 1813
setelah seorang perwira dan penterjemah yang diutus gagal bernegosiasi. Misi
berhasil membuat kesepakatan yaitu Sultan Badaruddin kembali menjadi Sultan
palembang menggantikan adiknya sedangkan Inggris mendapat izin atas konsesi
timahnya di Pulau Bangka dan Belitung. Tetapi pada tanggal 4 Agustus 1813
kesepakatan Robinson dengan Sultan Badaruddin dibatalkan secara sepihak oleh
Inggris dan kekuasaan Najamudin dikembalikan sebagai Sultan Palembang dan
Inggris mengembalikan uang suap kepada Sultan Badarudin beserta bunganya, sedangkan Robinson dipecat dengan
alasan menerima suap. kekuasan di Palembang berlangsung hingga ditandanganinya
traktat London tanggal 13 Agustus 1814.
B. Perlawanan terhadap VOC
Karena monopoli
perdagangan yang dilakukan VOC serta usahanya untuk memperluas daerah
jajahan. Perang terhadap VOC diantaranya
adalah :
1. Perlawanan
kerajaan Mataram
Perlawanan ini
disebabkan oleh usaha Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram untuk
mengembangkan kekuasaanya di seluruh Jawa. Tetapi usaha ini terhalang oleh VOC
yang ada di Batavia. Untuk itu perlu dilancarkan serangan ke Batavia guna
menyingkirkan VOC dari pulau Jawa. Alasan Mataram adalah VOC tidak mau mengakui
kedaulatan kerajaan Mataram dan berusaha memonopoli perdagangan di Jawa.
Serangan
kerajaan Mataram terjadi 2 kali, Tahun 1627 dipimpin Tumeng gung Bahurekso,
Suro Agul-Agul, Dipati Uposonto, Dipati
Mandurejo,dan Dipati Ukur. Serangan pertama gagal karena banyak persediaan
makanan pasukan Mataram di bakar Belanda,jarak Mataram VOC yang jauh dan kalah
persenjataan perang. Pada serangan kedua dipimpin Pangeran Puger dan Pangeran
Purboyo berhasil mengepung Batavia berhari-hari dalam serangan ini Gubernur
Jenderal Belanda J.P Coen tewas terkena penyakit kolera.
Sepeninggal
Sultan Agung, penggantinya yaitu Sultan Amangkurat Mas I justeru bersedia
bekerjasama dengan Belanda. Hal ini
menimbulkan kemarahan rakyat khususnya daerah Pantura, mereka bangkit melawan
Belanda dipimpin Trunojoyo yang dibantu pasukan Makasar dipimpin Kraeng
Galesung dan berhasil menguasai ibukota kerajaan Mataram.
Pengganti
Amangkurat Mas I adalah Amangkurat Mas II. Ibukota Mataram dipindah ke
Surakarta ia berhasil menyingkirkan Trunojoyo berkat bantuan Belanda. Tetapi
Amangkurat Mas II sadar, kerjasama dengan Belanda lebih banyak ruginya maka
ketika Untung Suropati melawan Belanda ia justeru mendukung dan kapten Tack
berhasil dibunuh. Belanda berusaha memecah belah kerajaan Mataram, maka ketika
terjadi perang yang dipimpin P.Mangkubumi dan Raden Mas Said diselesaikan
dengan perjanjian Gianti dan perjanjian Salatiga. Perjanjian Gianti berisi
kerajaan Mataram dibagi menjadi 2 Kasunanan Surakarta dan Kasultanan
Yogyakarta. P.Mangkubumi menjadi raja di Kasultanan Yogyakarta bergelar Sri
Sultan Hameng ku Buwono I, sedang perjanjian Salatiga membagi kasunanan
Surakarta mnjadi 2 yaitu Kasuna nan Surakarta dan Mangkunegaran, Raden Mas Said
menjadi raja Mangkunegaran bergelar Sri Mangkunegoro I.
2. Perlawanan
kerajaan Makasar
Perlawanan ini
dipimpin Sultan Hasanudin. Penyebab peperangan adalah keinginan VOC untuk
memonopoli perdagangan di Makasar. Untuk itu VOC berusaha menguasai benteng
Sombaapu yang strategis karena menghubungkan perdagangan antara Malaka – Jawa
–Maluku.Pertama-tama VOC meminta Makasar untuk menutup pelabuhannya bagi
kapal-kapal asing kecuali kepada Belanda. Permintaan tersebut ditolak Sultan
Hasanudin justeru S Hasanudin menguasai daerah sekitarnya termasuk Bone dan
daerah Nusa tenggara. Aru Palaka penguasa Bone tidak terima maka ia minta bantuan Belanda untuk menyingkirkan Sultan
Hasanudin, akibatnya perang besar tidak dapat dihindari.
Sultan
Hasanudin mengalami kekalahan dan terpaksa menandata ngani perjanjian Bongaya
sambil mengulur waktu untuk menghimpun kekuatan kembali. Perjanjian Bongaya
berisi : VOC memonopoli perdagangan di Makasar, VOC boleh mendirikan benteng
Roterdam di Makasar, Sultan Hasanudin harus melepaskan daerah yang dikuasai
termasuk Bone, Aru Palaka diakui sebagai raja Bone, dan Makasar harus mengganti
kerugian perang. Setelah kekuatan kembali terkumpul Sultan Hasanudin
melanjutkan perang dan gugur di benteng Sombaapu, pengikutnya yang setia
melanjutkan perjuangan ke daerah lain seperti Kraeng Galesung dan Montemerano
yang membantu Trunojoyo di Jawa.
3. Perlawanan kerajaan Banten
Di masa Sultan Ageng Tirtayasa, Banten
mencapai kejayaan ia menerapkan sistem perdagangan bebas sehingga banyak bangsa
berdagang dengan kerajaan Banten. Namun VOC berusaha mendapat hak monopoli
perdagangan di Banten, pertama-tama VOC memblokade jalur perdagangan di Banten.
Sultan Ageng Tirtayasa minta bantuan Inggris, Denmark dan Perancis. VOC tidak
kurang akal dengan siasat de vide et impera Sultan Haji anak Sultan Ageng
Tirtayasa berhasil dibujuk Belanda untuk merebut tahta ayahnya.
Tahun 1681
pasukan VOC yang di bantu Sultan Haji berhasil mendesak pasukan Sultan Ageng
Tirtayasa. Sultan Ageng tertangkap dan di tawan hingga wafat pada tahun 1692.
Sebagai imbalan Sultan Haji harus memberikan Cirebon kepada VOC, memberikan hak
monopoli dagang lada di Banten dan Lampung kepada VOC, dan Banten harus
mengakui kekuasaan VOC. Namun perlawanan terhadap VOC di Banten terus berlanjut
dibawah pimpinan Pangeran Purbaya, Ratu Bagus dan Kyai Tapa.
4. Perlawanan
rakyat Maluku
Perlawanan rakyat Maluku terhadap
VOC disebabkan oleh :
·
upaya VOC memonopoli perdagangan rempah-rempah
di Maluku
·
pelayaran hongi dan hak ekstirpasi yang
dilakukan VOC
Pelayaran Hongi
yaitu patroli keamanan menggunakan kapal kora-kora untuk mencegah terjadinya
penyelundupan perdagangan rempah-rempah yang dilakukan rakyat Maluku terhadap
bangsa lain. Hak ekstirpasi yaitu pembakaran tanaman cengkeh/ rempah-rempah
untuk menjaga kestabilan harga rempah-rempah di pasar dunia.
Perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC
dipimpin oleh Kakiali (1635), Telukabesi (1646), Saidi (1650) dan oleh sultan
Tidore bernama Sultan Jamaludin. Tertangkapnya Sultan Jamaludin oleh VOC
menyebabkan perang besar antara rakyat Tidore yang dipimpin Sultan Nuku putera
Sultan Jamaludin melawan VOC. Siasat yang dipakai adalah mengadu domba antara
tentara Inggris dengan tentara VOC. Setelah VOC kalah tentara Inggris
disingkirkan dari Maluku, dan Tidore terbebas dari kekuasaan asing untuk
sementara.
Perlawanan terhadap pemerintah Kolonial Belanda
1. Perang Jawa /
Perang Jawa
Disebut perang Jawa karena wilayah
pertempuran hampir meliputi seluruh Jawa :
Sebab khusus : Dibangunnya jalan raya melewati makam
leluhur Pangeran Diponegoro tanpa izin.
Sebab Umum :
a.
Penderitaan rakyat akibat harus membayar : pajak
tanah (wlah-welit),pajak halaman keku rangan (pangawang-awang), pajak jumlah
pintu (pencumpling), pajak ternak (pajigar), pajak pindah nama (penyongket) dan
bekti (pajak jabatan).
b.
Semakin sempitnya wilayah kerajaan dan
menurunnya kedaulatan raja
c.
Intervensi Belanda dalam pemerintahan kerajaan
d.
Masuknya budaya Barat yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam
e.
Hapusnya sistem penyewaan tanah bangsawan kepada
petani
f.
Belanda tidak menghormati adat kraton
Strategi perang yang digunakan adalah siasat
perang gerilya dengan basis kekuatan di Gua selarong. Dekso, Plered, Pengasih
Perlawanan ini didukung para ulama, pejabat kerajaan, bangsawan dan rakyat
jelata. Daerah perlawanan meliputi sebagian Jawa Barat, Jawa timur dan terbesar
di Tengah dan Yogyakarta. Tokohnya : Sentot
Prawirodirjo, Kyai Mojo, Pangeran Adinegoro, Pangeran Ontowiryo, Pangeran
Adiwinoto, Kyai Hasan Besari, Suryonegoro, Warsokesumo, Kerto pengalasan,
Kartodirjo, Nyi Ageng Serang yang berusia 73 tahun, Raden Ario Sosrodilogo.
Strategi yang
digunakan Belanda:
·
mendatangkan pasukan yang lebih besar
· membangun benteng stelsel dengan tujuan untuk
mempersempit ruang gerak Pangeran Diponegoro
·
menjanjikan hadiah
·
dan mengadakan perjanjian dimana secara licik
Pangeran Diponegoro ditangkap saat berunding di Magelang selanjutnya dibuang ke
Manado dan meninggal di Ujung Pandang.
2. Perang Paderi (Sumatera Barat)
Sebab khusus :
adanya pertentangan antara kaum adat dengan kaum Paderi yang hendak
menghapuskan kebiasaan kaum adat yang dianggap menyimpang dari ajaran agama
Islam.
Kaum adat yang
dipimpin Datuk Sati, dibantu oleh Belanda. Perang ini terbagi menjadi 3 :
a. Masa tahun 1821-1825
Perang terjadi
ketika Belanda yang membantu kaum adat menguasai daerah Simawang. Ketika letkol
Raff menggantikan Du Puy sebagai residen dan komandan di Padang terjadilah
perjanjian Masang isinya adalah gencatan
senjata serta Belanda mengakui kekuasaan kaum Paderi atas Lintau, Koto,
Telawas,dan Agam.Tujuannya agar pasukan Belanda terkonsentrasi untuk memadamkan
perlawanan Diponegoro
b. Masa 1825-1830
Perang terjadi
karena mereka tidak percaya Belanda akan menepati janji seperti pengkhianatan
Belanda terhadap kaum Paderi di Bonjol. Di masa ini kaum adat membantu kaum
Paderi namun Belanda lebih terkonsentrasi karena perang Diponegoro sudah
berakhir.
c. Masa 1830 – 1837
Meningkatnya
perlawanan kaum Paderi dihadapi Belanda dengan mendatangkan pasukan yang lebih
banyak dgn mendatangkan pasukan Ali
Basyah Sentot Prawiradirjo dari Jawa. Akibatnya banyak pemimpin kaum
paderi tertangkap termasuk Imam Bonjol,
Ia dibuang ke Cianjur, Ambon Tuanku Imam Bonjol dan meninggal di Manado
Tokohnya : Tuanku nan Renceh, Tuanku Lubuk Alur, Tuanku Kapau, Tuanku Padang
Luar, Tuanku Merapi , Tuanku Padang Lawas, Muhamad Syahab lebih dikenal dengan
Imam Bonjol.
3. Perang Aceh
Latar belakang : Berdasarkan traktat
London 1824 Aceh mendapat status sebagai Bufferstate bagi kekuasaan Belanda di
Sumatra dengan Inggris di Malaka. Hal ini menyebabkan Aceh bebas melakukan
hubungan dengan bangsa lain seperti ke Turki, Italia dan Amerika. Namun sejak
adanya traktat Sumatera 1871 Aceh menjadi bagian wilayah Belanda kolonial.
Sebab khusus :
Serangan Belanda terhadap kasultanan Aceh dan menduduki Masjid besar AcehPada
serangan Belanda pertama, gagal bahkan Jenderal Kohler tewas. Tetapi serangan kedua
yang dipimpin Van Swieten berhasil menguasai mesjid Raya dan Istana Aceh.Usaha
Belanda menguasai Aceh adalah dengan pemusatan pertahanan, membangun pos-pos
penjagaan, konsentrasi stelsel (kota raja sebagai pusat dan dibangun benteng
pertahanan berjarak 5-6 km dari istana), mendekati dan membujuk kaum bangsawan,
mendatangkan Snouck Hurgronje ahli Islammologi ternyata diketahui ada perbedaan
pandangan dalam menghadapi Belanda antara bangsawan dengan ulama.Celah inilah
yang digunakan Belanda untuk mematahkan serangan rakyat Aceh. Sehingga dengan
serangan yang ofensif dipimpin Van Heuts, Aceh terdesak dan banyak pemimpinnya
tertangkap. Perlawanan Aceh ini termasuk perlawanan paling lama dalam sejarah
melawan Belanda. Tokoh pahlawan Aceh diantaranya Teuku Umar, Panglima Polim,
Cut Nyak Din, Cut Meuthia, Cik Di Tiro, Teuku Imam Luengbata, Teuku Cik Tunong
(suami Cut Meuthia), Pang Nangru dan Raja Sabil anak Meuthia.
4. Perang Batak dipimpin Si Singamangaraja XII
Sebab khusus : Adanya kecurigaan raja Batak
terhadap perluasan wilayah Belanda dengan kedok penyebaran agama (Zending)
apalagi setelah Sumatera Barat berhasil dikuasai Belanda. Akibatnya pos-pos
Zending Belanda diserang. Strategi yang digunakan dengan menggunakan benteng-benteng
alam dan benteng buatan. Berkat bantuan dari Aceh akhirnya pasukan Si
Simangaraja XII terdesak dan ia gugur bersama Lopian (puterinya) & kedua
putranya Sutan Nagari dan Patuan Anggi.
5. Perlawanan Saparua (Maluku 1817)
Sebab khusus : Pendudukan Belanda atas benteng
Duurstede di Saparua
Sebab lain :
kewajiban membuat garam dan ikan asin bagi kepentingan kapal perang Belanda,
paksaan bagi pemuda-pemudi negeri untuk menjadi serdadu di Jawa, kegelisahan
rakyat Maluku terhadap pajak yang berat serta monopoli perdagangan yang
dilakukan Belanda dan peredaran uang kertas yang membingungkan rakyat. Perang
besar terjadi dalam perebutan benteng Duurstede tanggal 15 Mei 1817. Semula
Patimura memperoleh kemenangan namun karena kalah persenjataan dan tambahnya
pasukan Belanda, benteng tidak dapat dipertahankan, perang dilanjutkan di luar
benteng. Pasukan Pattimura semakin terdesak, kapitan Paulus Tiahahu bersama
puterinya Christina Marta Tiahahu tertangkap. Akhirnya Patimura pun tertangkap
ia dijatuhi hukuman gantung bersama tiga panglimanya yang setia. Pengikut
Patimura yang lain diantaranya Ulupaha, Anthoni Rhebock, Thomas Pattiwael, Said
Parintah.
6. Perang
Kalimantan dipimpin Pangeran Antasari dan P. Hidayat penyebabnya Belanda campur
tangan masalah pergantian tahta di kerajaan Banjar yaitu pengangkatan Pangeran
Tamjidillah oleh Belanda di kerajaan Banjar sedangkan rakyat menghendaki P.
Hidayat sebagai raja. Dalam perlawanan ini P. Antasari dibantu Kyai Demang
Leman, Kyai Lang lang, dan Haji Buyasin.
7. Perang di Bali dipimpin Raja Buleleng dan
patih I Gusti Ktut Jelantik sebab utamanya Belanda hendak menghapuskan hukum
tawan karang yaitu kapal-kapal asing yang berlabuh di Bali kapal beserta isinya
menjadi hak raja-raja Bali. Perang dilakukan dengan cara puputan atau mengamuk
guna mempertahankan benteng Jagaraga.
8. Perlawanan
di Palembang dipimpin Sultan Badarudin, di Lampung dipimpin Raden Imbakusuma
dan Raden Panggung
GERAKAN SOSIAL
Penyebabnya
adanya ketidakadilan dan penderitaan yang dialami masyarakat dan merindukan
datangnya sang Ratu Adil yang dapat memerintah secara aman adil makmur dan
sentosa selain juga untuk pemurnian agama Islam. Gerakan sosial ini meliputi :
1. Gerakan
melawan pemerasan yaitu gerakan rakyat yang bertujuan menentang paraturan yang
tidak adil. Gerakan ini bersifat dendam dan benci terhadap kehidupan sosial
ekonomi yang tidak baik karena tindak pemerasan seperti yang terjadi di Ciomas
1886 dipimpin oleh Moh Idris, di Tanjong Oost,Condet,(sekarang Jakarta Timur)
dipimpin oleh Entong Gendut. Gerakan lain terjadi di tanah-tanah partikelir
seperti Cakung, Slipi, Ciampea, Demak, dan Surabaya mereka menuntut
dihapuskannya tanah partikelir.
2. Gerakan
Ratu Adil ialah gerakan rakyat yang didasarkan pada kepercayaan akan datangnya
tokoh juru selamat atau ratu adil atau Imam mahdi. Gerakan ini bersandar pada
segi-segi gaib. Contoh gerakan yang dipimpin Kasan Mukmin di Sidoarjo Jawa
Timur (1903) dengan gerakan Dermojoyo di Kediri 1907.
3. Gerakan
Samin yaitu gerakan-gerakan sosial tradisional yang pasif. Gerakan ini tanpa
kekerasan dan anggota-anggotanya rajin, jujur dan berhasil sebagai petani serta
menghargai sesamanya. Muncul sejak abad ke–19 di daerah Blora pimpinan
Surosentiko dengan tindakannya menentang pembayaran pajak
4. Gerakan
keagamaan yaitu gerakan yang memandang pemerintah kolonial Belanda dan
pengikutnya sebagai musuh. Gerakan ini menghendaki kehidupan keagamaan dengan
cara ketat yang disebut gerakan pemurnian agama Islam. Contoh gerakan Budiah
yang dipimpin H. Muh Rifangi di desa Kali Salak, Pekalongan tahun 1850
(Matroji:53)
Labels:
perlawanan rakyat terhadap kolonialisme,
sejarah
Thanks for reading Materi Sejarah 5d : Perlawanan Rakyat Di Daerah Terhadap Inggris Dan Belanda. Please share...!