Posted by
One_Esc on
Sunday, November 17, 2019
PERISTIWA
SUMPAH PEMUDA DENGAN TUJUAN PERGERAKAN NASIONAL
Sumpah pemuda adalah sebuah ikrar dari para pemuda yang dijadikan bukti
otentik bahwa pada tangga 28 oktober 1928 bangsa Indonesia dilahirkan. Oleh
karena itu sudah seharusnya segenap rakyat Indonesia memperingati momentum 28
Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia. Proses kelahiran Bangsa
Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun
tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi
ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk
membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia
asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga
berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
1. Sejarah Menuju lahirnya “Sumpah Pemuda”
Perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebelum tahun 1908 dan
sesudah tahun 1908. Perjuangan sebelum tahun 1908 selalu dapat digagalkan oleh
penjajah. Hal itu karena perjuangan masih bersifat kedaerahan, dan perjuangan
masih berupa perjuangan fisik dengan senjata yang sederhana. Kegagalan
perjuangan yang telah dilakukan mendorong pejuang mengubah taktik perjuangan
melalui organisasi sosial politik. Awal tahun 1908 mulailah bermunculan
berbagai organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Sarekat Islam,
Indische Partij, dan PNI. Sejak saat itu arah perjuangan bangsa Indonesia pun
makin tegas, yaitu mewujudkan persatuan nasional.
Pada tahun 1908, nama Indonesia
untuk pertama kalinya di gunakan oleh Perhimpunan Indonesia. Perhimpunan
Indonesia adalah organisasi yang didirikan oleh pelajar-pelajar Indonesia di
negeri Belanda. Organisasi ini awalnya bernama Indische Vereeniging. Namun,
pada tahun 1922 nama itu diganti menjadi Indonesische Vereeniging, tetapi pada
tahun yang sama namanya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia. Para pahlawan
kita, seperti Ki Hajar Dewantara, Budi Utomo, dan DR. Mohammad Hatta, turut
memopulerkan istilah Indonesia untuk mengimbangi istilah ‘Hindia Belanda’ yang
dipakai oleh pemerintah kolonial Belanda saat itu.
2. Kongres Pemuda 1
Pada tahun 1925 di Indonesia
telah mulai didirikan Perhimpunan Pelajar – pelajar Indonesia (PPPI), tetapi
peresmiannya baru pada tahun 1926. anggota- anggotanya terdiri dari
pelajar-pelajar sekolah tinggi yang ada di Jakarta dan di Bandung. Para tokoh
PPPI antara lain adalah : Sugondo Djojopuspito, sigit, Abdul Sjukur, Gularso,
Sumitro, Samijono, Hendromartono, Subari, Rohjani, S. djoenet Poesponegoro,
Kunjtoro, Wilopo, Surjadi, Moh. Yamin, A.K. gani, Abu Hanifah, dan lain-lain.
PPPI di Indonesia sering mendapatkan kiriman majalah Indonesia Merdeka dari
Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Disamping majalah Indonesia
Merdeka terbitan PPPI di negeri Belanda,
PPPI sendiri juga menerbitkan majalah Indonesia Raya. Yang pemimpin redaksinya
Abu Hanifah. Pandangan organisasi PPPI sudah menunjukkan persatuan dan kesatuan
sebagaimana yang terdapat pada PI. Pemuda-pemuda di Bandung menginginkan agar
mulai melepaskan sifat-sifat kedaerahan. Hal itu didasarkan atas dorongan Mr.
sartono dan Mr. Sunario
Kongres Pemuda 1 yang berlangsung
di Jakarta pada 30 April - 2 Mei 1926 tidak terlepas dari adanya Perhimpunan
Indonesia.
Kongres Pemuda 1 bertujuan untuk
Membentuk badan sentral organisasi pemuda menjadi bahasa persatuan atau bahasa
pergaulan bagi rakyat Indonesia.
Hasil utama yang dicapai dalam
Kongres Pemuda 1 itu antara lain sebagai berikut :
a.
Mengakui dan menerima cita-cita persatuan
Indonesia (walaupun dalam hal ini masih tampak samar – samar)
b.
Usaha untuk menghilangkan pandangan adat dan
kedaerahan yang kolot, dan lain – lain.
3. Kongres Pemuda II
Namun, sampai berlangsungnya kongres pemuda II pada tanggal 28 oktober
1928 organisasi Pemuda Indonesia belum juga bergerak secara langsung di
bidang politik Kongres Pemuda 1 ini menerima dan mengakui cita – cita persatuan
Indonesia, walaupun perumusannya masih samar – samar dan belum jelas. Oleh
karena itu, antara PPPI, Pemuda Indonesia, PI, dan PNI berencana untuk
memfusikan organisasi mereka dengan alasan untuk mewujudkan persatuan Indonesia
dan persamaan cita – cita. Peleburan (fusi) dari organisasi pemuda itu ternyata
semakin lama semakin diperlukan karena kaum pemuda sangat merasakan bahwa
bentuk organisasi masih bersifat kedaerahan, seperti Jong Java, Jong Sumatranen
Bond, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Jong
Islamieten Bond, Studerence Minahasa, dan pemuda kaum Theosofi. Hal ini jelas
tampak adanya perbedaan pada waktu diselenggarakan Kongres pemuda 1. Dalam
pembicaraan ternyata kepentingan daerah masih sangat menonjol.
Masalah bahasa juga menunjukkan
masalah yang tak mudah mendapatkan kesepakatan dalam kongres tersebut. Di
samping itu juga masih tampak sifat mementingkan daerah misalnya tentang adat
yang ada di daerah masing – masing. Untuk membentuk cita – cita bersama seperti
rasa persatuan dan kesatuan bangsa, maka hal – hal tersebut sangat menghambat. Untuk
itulah, maka para peseta merasa tidak puas dan ingin melanjutkan Kongres Pemuda
yang berikutnya. Sebenarnya dalam Kongres Pemuda 1 tersebut, para peserta dan
pemimpin Kongres telah menunjukkan usaha yang keras untuk mencapai suatu cita –
cita persatuan. Namun, mengingat baru pertama kali Kongres Pemuda dilaksanakan,
maka untuk mencapai cita – cita yang dikehendaki masih mengalami kesulitan.
Fanatisme terhadap adat masih sangat kuat dan berpengaruh besar terhadap semua
pembicaraan. Pemimpin Kongres Moh. Tabrani pandai menjaga jangan sampai terjadi
perpecahan, karena setiap pembicaraan yang menjurus kearah perbedaan adat dan
pandangan, segera diambil jalan tengah untuk dinetralisasi.
Jadi, para peserta memang
menyadari bahwa pada saat itu masih sulit untuk membentuk kebulatan tekad dalam
perjuangan mencapai cita – cita Nasional. Selain itu, belum banyak para anggota
PI yang kembali ke tanah air dan juga belum ada anggota PI yang mengikuti
Kongres pemuda 1 tersebut. Oleh karena itu, cita – cita untuk mencapai
persatuan memang belum kuat. Baru dalam persiapan Kongres Pemuda II tanggal 28
oktober 1928, banyak bekas anggota Perhimpunan Indonesia yang ikut serta
memikirkan jalannya Kongres Pemuda II yang akan diselenggarakan. Memang dapat
dipahami, bahwa kondisi politik sangat berat. Hal tersebut dikarenakan adanya
pemberontakan komunis yang gagal dan pihak Pemerintah Kolonial Belanda terus
meningkatkan pengawasan pergerakan nasional dalam bidang politik. Itu artinya
manifestasi persatuan pemuda Indonesia berhasil diwujudkan dalam Kongres Pemuda
II pada 26 – 28 Oktober 1928. dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan
dibagi dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober
1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang
Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap
kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.
Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan
persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat
persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober
1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua
pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak
harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara
pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung
Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan
pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan
Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan
nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri,
hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Adapun panitia Kongres Pemuda
terdiri dari :
Ketua :
Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua :
R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris :
Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara :
Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I :
Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II :
R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III :
Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV :
Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V :
Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis
Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan
tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan
oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai
berikut
PERTAMA : Kami Poetera dan
Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami
Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri
Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri
Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
putusan kongres sumpah pemuda
Dalam peristiwa sumpah pemuda
yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang
pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po
dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan.
Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para
pemuda tetap terus menyanyikannya.
Pelaksanaan dan hasil kongres
Pemuda 1 dan Kongres Pemuda II adalah sangat berbeda, namun, kedua Kongres
tersebut tetap mempunyai tujuan yang sama yaitu menuju tercapainya kemerdekaan
Indonesia.
Sumpah Pemuda pun kemudian
menjadi senjata ampuh untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Dengan
semangat persatuan dan kesatuan bangsa, kesadaran para pemuda Indonesia saat
itu pun semakin kuat karena mereka tidak berjuang sendiri. Maka tak heran, Sumpah Pemuda adalah salah satu tonggak sejarah
kemerdekaan Indonesia.
4. Bangkitnya Nasionalime Modern
Sebagai seorang terpelajar
Sukarno, muncul sebagai seorang pemuda cerdas yang memimpin pergerakan nasional
baru. Ia mendirikan partai dengan nama Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927).
Partai itu bersifat revolusioner, sebelumnya partai itu bernama klub studi
umum. Sukarno memimpin partai itu hingga
Desember 1929. Jumlah anggotanya hingga saat itu mencapai 1000 orang.
Sukarno juga turut serta
memprakarsai berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPKI) pada 1927. Pada 28 Oktober 1928 organisasi ini ikut
menyatakan ikrar tentang tanah air yang satu, berbangsa satu, dan berbahasa
satu, yaitu Indonesia. Pernyataan Sumpah Pemuda itu membawa dampak luas pada
masyarakat untuk menumbuhkan nasionalisme yang kuat. Di daerah-daerah munculnya
nasionalisme yang digerakkan oleh tradisi dan agama. Mereka terinspirasi oleh
oleh para pemimpin pergerakan nasional yang ada di Jakarta.
Sementara itu Partai Nasional
Indonesia (PNI) terus mendapat tekanan dari Belanda. Sukarno sebagai pimpinan
PNI karena aksi-aksi yang dengan radikal terhadap pemerintah Belanda, akhirnya
ditangkap dan diadili. Menjelang vonis pengadilan dijatuhkan, Sukarno sempat mengucapkan pidato pembelaan
untuk membakar semangat para pejuang. Pidato pembelaan itulah yang kemudian
dibukukan dengan judul: “Indonesia Menggugat”.
Putusan pengadilan akhirnya
menjatuhkan hukuman kurungan kepada Sukarno. Ia ditahan di Penjara Sukamiskin
selama empat tahun terhitung Desember 1930. Selama Sukarno menjalani masa
penahanannya PNI pecah menjadi dua, Partai Indonesia (Pertindo) dan Pendidikan
Nasional Indonesia atau PNI Baru. Sukarno masuk dalam Partai Indonesia dan PNI
Baru dipimpin oleh Mohammad Hatta dan Sjahrir.
Partai Indonesia pimpinan Sukarno
lebih menekankan pada mobilisasi massa, sedangkan Hatta dan Sjahrir lebih
menekankan pada organisasi kader yang akan menentang tekanan pemerintah
kolonial Belanda dengan keras dan lebih menanamkan pemahaman ide nasionalisme.
Namun demikian kedua strategi politik itu belum mencapai hasil yang maksimal.
Akhirnya ketiga tokoh itu ditangkap dan diasingkan oleh Belanda dan ditahan
serta diasingkan pada 1933. Kedua organisasi yang didirikan oleh ketiga tokoh
itupun dibubarkan oleh pemerintah kolonial.
Sukarno ternyata tidak hanya
diisolasi, sebagai tahanan pemerintah, Sukarno justru masih harus berjuang
untuk menghidupi anggota keluarganya. Inilah perjuangan dan pengorbanan yang
harus dilakukan Sukarno di pengasingan.
Sementara Sukarno dan beberapa
tokoh lain ditahan, organisasi pergearkan untuk menentang Belanda terus
berjalan. Kelompok yang beraliran Marxis mendirikan Gerakan Rakjat Indonesia
(Gerindo) di bawah kepemimpinan Amir Sjarifuddin dan A.K. Gani. Partai ini
cenderung menampakkan faham fasisme internasional. Di Sumatera Timur, PNI, PKI,
Permi, dan Partindo pemimpinnya berasal dari organisasi-organisasi radikal dari
tahun-tahun sebelumnya.
Gerindo sebagai partai yang
berpaham marxis lebih menunjukkan sikap anti kolonialisme, anti-Eropa dan
antikapitalisme. Desakan-desakan untuk kemerdekaan nasional sangat kuat dan
radikal. Organisasi itu juga tidak sepaham dengan sistem feodalisme,
nasionalisasi perusahaan-perusahaan kapital dan restorasi hak-hak tanah
pribumi.
Sementara itu Gabungan Politik
Indonesia (GAPI) didirikan pada tahun 1939. Tokoh pendiri GAPI adalah Muhammad
Husni Thamrin. Dalam gabungan itu, Gerindo berada dalam satu arah dengan
Parindra yang dipimpin oleh Thamrin dan sebelumnya oleh Sutomo. Parindra adalah
partai politik Indonesia yang paling berpengaruh di Hindia, karena
keberhasilannya dalam pemilihan di volksraad. Thamrin kemudian memimpin front
Indonesia bersatu di dalam Volksraad yang disebut Fraksi Nasional.
Labels:
sejarah,
sumpah pemuda
Thanks for reading materi 6 Sejarah 6d SUMPAH PEMUDA. Please share...!