Posted by
One_Esc on
Sunday, November 17, 2019
Munculnya semangat kebangsaan
yang ada pada masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh faktor dari dalam (intern)
dan faktor dari luar (ekstern). Faktor ekstern yang mempengaruhi nasionalisme Indonesia
adalah: (1) pengaruh faham-faham modern dari Eropa (liberalisme, humanisme,
nasionalisme, komunisme); (2) pengaruh gerakan Pan-Islamisme; (3) Pengaruh
pergerakan bangsa terjajah di Asia; dan (4) Pengaruh kemenangan Jepang atas
Rusia.
Sedangkan faktor Intern yang
mendorong munculnya semangat kebangsaan atau nasionalisme adalah: (1) timbulnya
kembali golongan pertengahan, kaum terpelajar; (2) adanya penderitaan dan
kesengsaraan yang dialami oleh seluruh rakyat dalam berbagai bidang kehidupan;
(3) pengaruh golongan peranakan; dan (4) adanya keinginan untuk melepaskan diri
dari imperialisme.
Faktor pendorong munculnya
pergerakan nasional di Indonesia | faktor Intern dan Ekstern. Berikut
penjelasan mengenai faktor Intern dan Ekstern munculnya pergerakan nasional di
Indonesia.
Faktor Ekstern
1. Munculnya kesadaran tentang
pentingnya semangat kebangsaan, semangat nasional, perasaan senasib sebagai
bangsa terjajah, serta keinginan untuk mendirikan negara berdaulat lepas dari
cengkeraman imperialisme di seluruh negara-negara jajahan di Asia, Afrika, dan
Amerika latin pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
2. Fase tumbuhnya anti
imperialisme berkembang bersamaan dengan atau dipengaruhi oleh lahirnya
golongan terpelajar yang memperoleh pengalaman pergaulan internasional serta
mendapatkan pemahaman tentang ide-ide baru
dalam kehidupan bernegara yang lahir di Eropa, seperti demokrasi,
liberalisme, dan komunisme melalui pendidikan formal dari negara-negara barat.
3. Paham-paham tersebut pada
dasarnya mengajarkan tentang betapa pentingnya persamaan derajat semua warga
negara tanpa membedakan warna kulit, asal usul keturunan, dan perbedaan
keyakinan agama. Paham tersebut masuk ke Indonesia dan dibawa oleh tokoh-tokoh
Belanda yang berpandangan maju, golongan terpelajar Indonesia yang memperoleh
pendidikan Barat, serta alim ulama yang menunaikan ibadah haji dan memiliki
pergaulan dengan sesama umat muslim seluruh dunia.
4. Perang dunia I (1914-1919)
telah menyadarkan bangsa-bangsa terjajah bahwa negara-negara imperialis telah
berperang diantara mereka sendiri. Perang tersebut merupakan perang
memperebutkan daerah jajahan. Tokoh-tokoh pergerakan nasional di Asia, Afrika
dan Amerika Latin telah menyadari bahwa kini saatnya telah tiba bagi mereka
untuk melakukan perlawanan terhadap panjajah yang sudah lelah berperang.
5. Menculnya rumusan damai
mengenai penentuan nasib sendiri (self determination) presiden Amerika Serikat
Woodrow Wilson pasca perang dunia I disambut tokoh-tokoh pergerakan nasional
Indonesia sebagai pijakan dalam perjuangan mewujudkan kemerdekaan.
6. Lahirnya komunisme melalui
Revolusi Rusia 1917 yang diikuti dengan semangat anti kapitalisme dan
imperialisme telah mempengaruhi timbulnya ideologi perlawanan di negara-negara
jajahan terhadap imperialisme dan kapitalisme
Barat. Konflik ideologi dunia antara kapitalisme atau imperialisme
sosialisme atau komunisme telah memberikan dorongan bagi bangsa-bangsa terjajah
untuk melawan kapitalisme atau imperialisme Barat.
7. Munculnya nasionalisme di Asia
dan di negara-negara jajahan lainnya di seluruh dunia telah mengilhami
tokoh-tokoh pergerakan nasional untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan
Belanda. Kemenangan Jepang atas Rusia 1905 telah memberikat keyakinan bagi
tokoh nasionalis Indonesia bahwa bangsa kulit putih Eropa dapat dikalahkan oleh
kulit berwarna Asia. Demikian juga, model pergerakan nasional yang dilakukan
oleh Mahatma Gandhi di India, Mastapha Kemal Pasha di Turki, serta Dr. Sun Yat
Sen di Cina telah memberikan inspirasi bagi kalangan terpelajar nasionalis
Indonesia bahwa inperialisme Belanda dapat dilawan melalui organisasi modern
dengan cara memajukan ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, dan politik pada
bangsa Indonesia terlebih dahulu sebelum memperjuangkan kemerdekaan.
Faktor Intern
1. Penjajahan mengakibatkan
terjadinya penderitaan rakyat Indonesia yang tidak terkira. Sistem penjajahan
Belanda yang eksploitatif terhadap sumber daya alam dan manusia Indonesia serta
sewenang-wenang terhadap warga pribumi telah menyadarkan penduduk Indonesia
tentang adanya sistem kolonialisme Imperialisme Barat yang menerapkan
ketidaksamaan dan perlakuan membeda-bedakan (diskriminatif).
2. Kenangan akan kejayaan masa
lalu. Rakyat Indonesia pada umumnya menyadari bahwa mereka pernah memiliki
negara kekuasaan yang jaya dan berdaulat di masa lalu (Sriwijaya dan
Majapahit). Kejayaan ini menimbulkan kebanggaan dan meningkatnya harga diri
suatu bangsa, oleh karena itu rakyat Indonesia berusaha untuk mengembalikan
kebanggaan dan harga diri sebagai suatu bangsa tersebut.
3. Lahirnya kelompok terpelajar
yang memperoleh pendidikan Barat dan Islam dari luar negeri . kesempatan ini
terbuka setelah pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20 menjalankan
politik Etis (edukasi, imigrasi, dan irigasi). Orang-orang Indonesia yang
memperoleh pendidikan barat berasal dari kalangan priayi abangan yang memiliki
status bangsawan. Sebagian lainnya berasal dari kalangan priayi dan santri yang
secara sosial ekonomi memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji serta
memperoleh pendidikan tertentu diluar negeri.
4. Lahirnya kelompok terpelajar
islam telah menyadarkan bangsa Indonesia terjajah yang sebagian besar
penduduknya beragama Islam. Kelompok intelektual Islam telah menjadi agent of
change atau agen pengubah cara pandang masyarakat bahwa nasib bangsa Indonesia
yang terjajah tersebut tidak dapat diperbaiki melalui belas kasihan penjajah
seperti Politik Etis misalnya. Nasib bangsa Indonesia harus diubah oleh bangsa
Indonesia sendiri dengan cara memberdayakan bangsa melalui peningkatan taraf
hidup di bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya.
5. Menyebarnya paham-paham baru
yang lahir di Eropa, seperti demokrasi, liberalisme, sosialisme, dan komunisme
di negeri jajahan (Indonesia) yang dilakukan oleh kalangan terpelajar.
6. Muncul dan berkembangnya
semangat persamaan derajat pada masyarakat Indonesia dan berkembang menjadi
gerakan politik yang sifatnya nasional. Tindakan pemerintah kolonial yang
sifatnya semakin represif seperti pembuangan para pemimpin Indische Partiij pada
1913, ikut campurnya Belanda dalam urusan internal Sarekat Islam, dan
penangkapan tokoh-tokoh nasionalis telah menimbulkan gerakan nasional untuk
memperoleh kebebasan berbicara, berpolitik, serta menentukan nasib sendiri
tanpa dicampuri pemerintah kolonial Belanda.
Labels:
faktor pendorong pergerakan nasional,
sejarah
Thanks for reading Materi 6 Sejarah 6c Faktor pendorong munculnya pergerakan nasional di Indonesia . Please share...!